Sabtu, 30 Agustus 2008

" Majalah Rumah Jogja Edisi #16 "


Ramai-ramai Lirik Lahan Investasi Baru di wilayah Jogja Barat

Jenuhnya Pasar Perumahan wilayah Jogja Utara

Menjejakkan kaki di Jalan Kaliurang empat tahun silam, memberikan realitas yang berbeda dengan imajinasi saya mengenai kota Jogja. Jogja yang bercokol dalam imajinasi saya, terperangkap dalam bayangan mengenai kota budaya sekaligus kota pelajar dengan segala bentuk eksotismenya yang terjaga. Wilayah seputar Kampus Biru yang masih lengang dengan suasana lingkungan yang asri. Mahasiswa berlalu-lalang dengan sepedanya, dan berhenti sejenak di tepi jalan untuk sekedar menyantap pecel sebagai makan siang. Adalah sedikit dari gambaran imajinasi saya, yang mungkin masih mengendap dalam kenangan orang-orang yang telah lama menempati wilayah ini.
Jalan Kaliurang empat tahun lalu, sudah menjadi jalan besar yang sibuk dan dinamis. Bukan sepeda, melainkan mobil dan sepeda motor yang memadati jalanan. Beragam jenis usaha untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa tersebar di sepanjang jalan ini. Mulai dari tempat yang menjajakan aneka penganan, jasa pencucian baju, hingga warung internet. Pun pada malam hari, Jalan Kaliurang tetap menunjukkan dinamikanya ditambah dengan gemerlapnya lampu-lampu yang menghiasi jalanan.
Dinamika semacam ini tidak hanya terjadi di Jalan Kaliurang, tetapi juga dialami berbagai kawasan lain. Kawasan Depok, Condongcatur, Palagan Tentara Pelajar adalah beberapa contoh lain dari dinamika pertumbuhan wilayah Jogja Utara yang sangat pesat dalam beberapa tahun terakhir. Wilayah Sleman yang terletak di bagian utara provinsi DIY ini, memang banyak diuntungkan dengan adanya banyak kampus yang menempati wilayahnya. Keberadaan kampus-kampus ini tak pelak lagi merupakan salah satu faktor kuat yang menunjang pesatnya pertumbuhan di wilayah ini.
Dinamika yang pesat ini pada akhirnya menarik banyak pengembang untuk membangun dan memasarkan perumahan di wilayah Jogja Utara. Beragam jenis rumah dengan banyak variasi harga ditawarkan. Dengan munculnya banyak perumahan di wilayah inipun, toh penjualannya tetap laris manis. Hal ini disebabkan banyak orang yang meyakini nilai yang dibayarkan untuk sebuah rumah di wilayah Sleman, merupakan nilai yang sepadan untuk sebuah investasi jangka panjang. Namun, gairah bisnis properti di wilayah ini nyatanya tidak selalu membawa kabar menggembirakan bagi para pengembang.
Pembangunan perumahan yang demikian pesat, ternyata juga ikut mendongkrak harga tanah di wilayah Sleman. Hal ini tentu berdampak pada mahalnya harga yang harus dibayarkan pengembang untuk mendapatkan lahan perumahan yang baru. Selain itu, tingkat kepadatan perumahan yang dibangun di wilayah Jogja Utara juga berdampak pada makin sedikitnya lahan di wilayah ini yang memungkinkan untuk dibangun menjadi wilayah perumahan. Setidaknya, dua hal ini yang membuat beberapa pengembang memikirkan alternatif wilayah yang lain untuk dijadikan kawasan hunian. Kawasan Jogja Barat adalah salah satu wilayah yang ramai dilirik pengembang sebagai alternatif wilayah pembangunan yang baru. “Dalam pemikiran saya, pasar properti di utara Jogja kok rasanya sudah jenuh. Selain itu, lokasi perumahan ini Ambar Ketawang Asri juga dapat dikatakan strategis”, ujar Ferry Amora yang merupakan Direktur P.T. Diamor Karya Abadi. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penjualan yang cukup baik meski P.T. Diamor tidak menggunakan iklan. P.T. Diamor sebagai pemain yang relatif baru di bisnis properti (sejak 2005), sejak awal sudah menimbang masak-masak sebelum menempatkan lokasi perumahannya di daerah Gamping. Wilayah Jogja Barat yang masih akan berkembang menunjukkan perkembangan yang menjanjikan. Bahkan dalam periode mendatang, P.T. Diamor sudah memiliki rencana membangun perumahan yang serupa di wilayah sekitar.
Senada dengan pendapat Ferry, Tris sebagai Marketing P.T. Putera Aprilia juga menyatakan. “Menurut saya pribadi, untuk pengembangan daerah ke barat dan ke timur (Sleman) cukup menjanjikan. Khususnya ke wilayah barat, masih banyak daerah luas, ibaratnya bisa dikatakan sebagai daerah tumbuh. Cuma kalau ke Utara kelihatannya untuk lima atau sepuluh tahun ke depan sudah penuh ya”. P.T. Putera Aprilia sendiri saat ini mengembangkan perumahan pertamanya di daerah Ambar Ketawang, Gamping. Meskipun tidak memanfaatkan iklan, sejauh ini penjualan 32 unit perumahan yng ditawarkan telah terjual lebih dari 50%.
Selain persoalan keterbatasan lahan di wilayah Jogja Utara, melambatnya kenaikan nilai investasi juga dinilai akan segera melanda pasar properti di wilayah Jogja Utara. Mengutip pendapat Andre selaku Marketing Manager P.T. Tiga Saudara Group. Bahwa ,selain pada dasarnya pasar properti di wilayah Jogja bagian Utara sudah jenuh, nilai investasinya juga menjadi kurang signifikan. Hal ini disebabkan karena nilai investasi di wilayah Jogja Utara, dapat dikatakan sudah mencapai puncak tertinggi. Sehingga kenaikan nilai investasinya tidak secepat pada tahun-tahun sebelumnya. Fenomena yang berbeda akan dialami oleh perumahan di Jogja Barat, di mana nilai investasinya masih akan berkembang sehingga dapat dikatakan lebih menjanjikan. Terlebih lagi, pada dasarnya wilayah Jogja Barat yang banyak dijadikan kawasan perumahan, terletak di daerah Wates, yang masih tercakup dalam wilayah Sleman. Wilayah Sleman sendiri saat ini menempati posisi tertinggi dalam nilai investasi dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia sehingga menambah nilai dari perumahan-perumahan yang tercakup di dalamnya.

Jogja Barat sebagai Lahan Investasi Baru
Lokasi, lokasi, dan lokasi! Ungkapan tersebut seolah telah menjadi sebuah kredo yang secara luas diterima sebagai faktor utama yang menentukan keberhasilan suatu proyek dalam dunia properti. Lokasilah yang menentukan dan menjadi titik awal yang terpenting dalam perencanaan sebuah perumahan. Dan hampir menjadi sebuah keniscayaan apabila sebuah perumahan yang memiliki lokasi yang bagus akan laris manis terjual. “Pada dasarnya pertimbangan pertama untuk membeli tanah adalah lokasi, sebab lokasi nanti ada hubungannya dengan pangsa pasar lho Mas”, ujar Wahyu, Supervisor Marketing P.T. Tirta Bumi Rizka menjelaskan.
Sebuah lokasi dapat dikatakan baik bila setidaknya mencakup beberapa macam kriteria. Beberapa orang akan menganggap nilai suatu lokasi dapat dilihat dari aksesibilitasnya. Kemudahan seseorang untuk mendapatkan sarana transportasi yang memadai merupakan salah satu indikatornya. Kemudahan transportasi juga berarti baiknya kualitas jalan untuk menuju dan keluar dari suatu sarana perumahan. Lingkungan yang masih dan terus berkembang menjadi indikator berikutnya. Konsumen perumahan banyak yang menghendaki rumah yang di sekelilingnya tersedia berbagai macam fasilitas. Di Jogja, karakteristik lainnya yang dianggap nilai lebih bagi suatu perumahan jika lokasinya dekat dengan fasilitas pendidikan khususnya kampus. Jangankan perumahan, rumah yang dijadikan kos-kosan pun biasanya lebih mahal semakin dekat lokasinya dengan kampus. Pertanyaannya adalah apakah wilayah Jogja Barat cukup memenuhi sekian kriteria ini sehingga bisa dikatakan sebagai lokasi yang baik?
Pak Iman Arif selaku manjer perencanaan P.T. Pujatama memiliki argumentasinya sendiri. Perusahaan ini sendiri memang mengembangkan kan perumahan pertamanya di daerah Gamping, yakni Banyuraden Asri. “Kita pertama kali meninjau lokasi yang diketahui dari kenalan, dan ternyata lokasinya benar-benar bagus. Dekat dari pasar, akses ke kota relatif dekat, transportasi juga banyak. Dan yang mungkin lebih menarik harganya memang cenderung murah, jadi kenapa tidak kita coba di sana?”, ujarnya.
Banyak pengembang pada kenyataannya juga memilih daerah di seputar Gamping sebagai tempat perumahannnya. Karena wilayah tersebut diyakini sebagai wilayah yang sangat menjanjikan dalam perkembangannya serta didukung dengan harga tanah yang relatif murah. Jika anda sempat meluangkan waktu bukalah peta Jogja barang sejenak, dan lihatlah daerah Gamping. Peta yang juga banyak dilampirkan dalam brosur-brosur pengembang itu mungkin akan mampu memberi gambaran potensi perkembangan daerah Gamping. Yang pertama, terdapat beberapa kampus yang mendiami wilayah tersebut, mulai dari Unwama, Stikes, hingga UMY. Selain itu sebagai tempat berbelanja terdapat Pasar Gamping, jika bergerak lebih ke barat terdapat Pasar Sedayu. Berbagai fasilitas lain seperti bank, kantor polisi, maupun POM bensin juga ada di sekitar sana. Namun dari semua faktor pendukung pengembangan wilayah tersebut, Master Plant PKU Muhammadiyah adalah yang paling diprediksi mempercepat pengembangan wilayah ini. Kedekatan dengan wilayah pusat kota (baca: Keraton) juga menjadi nilai lebih dari kawasan ini. Selain itu dengan masih sedikitnya perumahan yang ada di sana, diharapkan penghuninya mendapatkan suasana nyaman dan tenang.
Hal terrsebut juga diamini oleh Ferry Amora, yang juga mengategorikan wilayah sekitar Gamping ini sebagai wilayah yang terbilang strategis. Nyatanya kawasan ini memang membuka mata banyak orang akan kemungkinan kawasan lain sebagai wilayah hunian. Mulai dari pengembang, orang yang mencari tempat tinggal, atau orang yang ingin berinvestasi mulai menyadari geliat bisnis properti di wilayah ini. Indikasinya adalah peminat perumahan di daerah ini yag nampaknya kian bertambah. Selain itu keyakinan pengembang untuk melanjutkan beberap proyek lagi di wilayah sana sedikit banyak menggambarkan sebentuk optimisme yang membuncah untuk investasi di kawasan ini di masa depan.
Meskipun demikian adanya optismisme dari banyak pengembang bukan berarti tidak adanya kendala yang berarti dalam pengembangan kawasan ini. Masalah-masalah ‘klasik’ seperti sulitnya proses perizinan di Sleman, masih saja mengemuka. “Kalau bicara perizinan di Sleman, memang terbilang sulit. Kalau di Bantul, atau Kodya lebih mudah. Namun, sesulit apapun proses perizinan pasti kami selesaikan”, ujar Iman Arif . Persoalan perizinan ini juga menjadi masalah yang dikemukakan beberapa pengembang lainnya. Pemerintah Sleman dengan tujuan menertibkan dan membuat aturan yang ada berjalan dengan benar memang melakasanakan standar yang ketat bagi perizinan. Ketatnya perizinan ini tentu juga berimbas pada pengembang yang ingin membangun perumahan di wilayah Gamping. Sehubungan dengan sulitnya perizinan, P.T. Tiga Saudara Group pernah mendapatkan masalah. Dalam pembangunan perumahan Alam Mulia dan Bumi Mulia tiga saudara mendapatkn tuntutan dari konsumen soal lamanya pengurusan legalitas. Akibat persoalan itu nama Tiga Saudara Group dulu sering dikaitkan dengan predikat “pengembang yang bermasalah”. “Belajar dari pengalaman di masa lampau, Tiga Saudara kini berbenah dan menjamin selesainya aspek legalitas pada setiap konsumen sebelum unit rumah dijual”, ujar Andre.
Persoalan lain yang juga menjadi tantangan bagi para pengembang adalah proses pengenalan perumahan di Jogja Barat pada konsumen. Kota Jogja dengan keberadaan UGM (Universitas Gadjah Mada) sebagai salah satu ikonnya dan berbagai perkembangan yang terjadi beberapa tahun terakhir memang membuat wilayah Jogja Utara lebih dikenal daripada wilayah lainnya. Namun, perlahan tapi pasti wilayah Jogja Barat semakin mengemuka sebagai salah satu wilayah hunian.

Beradu Kiat Memikat Konsumen
Salah satu persoalan yang harus dihadapi pengembang yang memasarkan produknya di wilayah Jogja Barat adalah kurangnya pengetahuan konsumen mengenai wilayah tersebut. Hal ini tidak terlepas dari mencuatnya keberadaan wilayah Jogja bagian utara yang menjadi wilayah unggulan dalam bisnis properti. Seperti yang disampaikan Dwi Soehodo, Direktur P.T. Sejahtera Graha Utama di kantornya, “Bagaimana ya, banyak pembeli masih cari tempat yang ramai (di utara), padahal lokasi Graha Sedayu Sejahtera yang kami miliki (Jl. Wates Km.12) menawarkan hunian yang nyaman, masih tenang, dengan alur kendaraan yang tidak trouble seperti di utara”. Persoalan yang sama juga dihadapi Andre dari Tiga Saudara Group, kurangnya pengetahuan konsumen khususnya yang berasal dari luar Jogja akan perkembangan properti di Jogja Barat, membutuhkan sedikit ketelatenan untuk memberikan pemahaman hal itu. “Kalau Jogja Barat, itu kan belum familiar bagai kebanyakan konsumen. Jadi misalkan kita ambil contoh ada konsumen asal Balikpapan, itu fokusnya masih ke Jogja Utara. Tapi begitu pelan kita jelaskan kenaikan investasinya sudah hampir mentok dan kita ajak jalan ke wilayah Jogja Barat biasanya berhasil. Tapi tetap, konsumen dari luar Jogja kecendrungannya mencari rumah di wilayah Jogja Utara”.
Kurangnya pengetahuan konsumen khususnya yang berasal dari luar Jogja mengenai perumahan di Jogja Barat, membuat beberapa pengembang menggunakan kiat-kiat khusus untuk menjaring konsumen. Dalam hal ini adu kreativitas dan tehnik pemasaran pihak marketing masing-masing pengembang diuji. Tingkat kegigihan dan daya kreativitas inilah yang nantinya menentukan seberapa sukses tingkat penjualan dari perumahan yang dipasarkan.
Adalah P.T. Tirta Bumi Rizka. perusahaan yang menggunakan beberapa kiat untuk menjaring konsumen. Perusahaan ini terbilang cukup rajin mengikuti pameran sebagai salah satu cara memasarkan perumahannya. Dan diakui oleh Wahyu selaku Marketing Supervisor cara ini terbilang sangat efektif. Sebagai contoh, di bulan Juli lalu perusahanaan ini mengikuti pameran yang diadakan di Plaza Ambarrukmo. Pameran yang diadakan selama enam hari ini memakan biaya tidak kurang dari lima juta rupiah, namun di saat yang sama pameran tersebut juga telah menghasilkan transaksi senilai lebih dari 600 juta rupiah. Jika sekedar mengikuti pameran saja mungkin hasilnya tidak akan sebagus ini, maka haruslah ada kiat khusus di balik efektivitas pameran ini. “Kami menggunakan database pengunjung. Jadi ketika pengunjung mengisi biodata setelah pameran akan kami follow up. Entah diajak bertemu di lokasi, atau bertemu di kantor intinya untuk menjelaskan seluk beluk produk kami”. Lebih lanjut ia menambahkan, “ Pada dasarnya sejak awal kami sudah dapat melihat apakah pengunjung yang datang termasuk hot prospect atau sekedar mengambil brosur, dari situ biasanya kami follow up”. Selain itu P.T. Tirta Bumi Rizka juga mengaskan keberadaannya yang menggunakan slogan Rumah Cerdas dalam usahanya mengedukasi pasar agar lebih memahami seluk beluk pembelian properti.
Kiat berbeda dilakukan oleh P.T. Putera Aprilia. Dalam memasarkan perumahannya, perusahaan ini sama sekali tidak menggunakan iklan seperti yang banyak digunakan oleh pengembang lain. Transaksi biasanya terjadi setelah ada orang yang melihat papan penanda lokasi di perumahan yang kemudian biasanya tertarik. Namun, di luar iklan ternyata ada kiat lain yang dilakukan yakni menjalin kerja sama dengan Kedokteran UMY (Universitas Muhammadiyah Yogyakarta). Menyadari lokasinya yang berdekatan dengan kampus UMY, maka perusahaan ini membidik konsumen yang merupakan mahasiswa kedokteran UMY. Pemilihan mahasiswa kedokteran didasarkan pada perkiraan bahwa keluarga mahasiswa kedokteran kemungkinan besar merupakan orang berada, yang merupakan segmentasi produk perusahaan ini. Selain itu lebih dikhususkan lagi adalah keluarga yang berasal dari daerah di luar Jogja, sehingga ada kemungkinan untuk berinvestasi di Jogja. “Jadi yang sudah jelas-jelas keterima di kedokteran itu,sebelum cari kos atau kontrakan ya kita jemput bola dulu”, ujar Tri selaku marketing. Kiat itu ternyata cukup menghasilkan dari sekitar 15 unit rumah yang sudah terjual, 3 di antaranya ditempati oleh mahasiswa kedokteran UMY.
Apakah pasar perumahan di Jogja, khususnya di wilayah Jogja Barat hanya memberi ruang bagi kaum berpunya? Jika pertanyaan tersebut diajukan pada Dwi Soehodo selaku Direktur P.T. Sejahtera Graha Utama, tentu jawabannya adalah tidak. Sekurang-kurangnya perusahaan ini adalah satu dari sedikit perusahaan yang telah lama bergelut untuk menyediakan hunian bagi segmen menengah ke bawah. Sejak masa Orde Baru yang mengajukan konsep RSS (Rumah Sangat Sederhana) hingga periode pemerintahan sekarang yang menyebutnya RSH (Rumah Sederhana Sehat), perusahaan ini tetap konsisten di bidangnya meski telah bersalin rupa (perusahaan ini mengganti namanya dari Fathoni Tunggal Utama tiga tahun lalu). Diakui Dwi, dari sekian banyak peristiwa yang memukul bisnis properti di Yogyakarta, kenaikan BBM kedua pada masa SBY-lah yang paling berdampak. Sejak kenaikan yang hampir mencapai 100% tersebut bisnis berjalan lebih lambat dari tahun-tahun sebelumnya. Namun hal tersebut toh, tidak mengurangi daya kreasi dalam memasarkan perumahannya. Presentasi adalah kiat perusahaan ini dalam memaparkan produk-produknya. Presentasi ini biasanya dilakukan ke berbagai macam instansi, mulai dari instansi swasta hingga ke berbagai instansi pemerintah. Presentasi ini biasanya cukup sukses menjaring banyak peminat terutama segmentasi menengah ke bawah. Karena seperti yang diungkapkan Dwi, “Produk kami biasanya dibeli oleh orang-orang yang membutuhkan tempat tinggal untuk dihuni, jadi jarang yang membeli karena alasan investasi. Karena perusahaan kami berkeinginan untuk selain tujuan bisnis juga memiliki social oriented”.
Kenaikan BBM untuk yang ketiga kalinya makin menghantam bisnis properti karena kenaikan ini pasti berimbas pada kenaikan bahan baku perumahan. Banyak pengembang dalam hal ini memilih untuk menaikkan harga jual produknya, sembari berusaha mengkomunikasikan hal tersebut pada konsumen. P.T. Tiga Saudara Group mengambil jalan yang berbeda, alih-alih menaikkan harga mereka tetap mempertahankan harga lama dengan konsekuensi berkurangnya keuntungan. “Bagi saya sendiri dengan pelayanan terhadap konsumen yang baik makan akan memunculkan getok tular, konsumen akan menceritakan kebaikan pelayanan kita pada konsumen lain”. Ujar Andre, Marketing Manager .
Pasar perumahan di Jogja Barat menunjukkan geliatnya. Sebuah usaha untuk memunculkan kawasan hunian baru yang dilakukan banyak pengembang untuk menawarkan alternatif dari padatnya kawasan Jogja Utara. Lahan investasi baru telah diajukan, berbagai fasilitas dan kemudahan penunjang hunian ditawarkan, apakah anda siap untuk menjadi bagian di dalamnya? Tidak ada salahnya untuk melihat, atau bahkan sekedar melirik. Karena bukankah siap menerima kemungkinan dan pilihan baru, adalah salah satu cara cermat membeli properti? (Ibnu Nadzir)

Rabu, 06 Agustus 2008

Majalah Rumah Jogja edisi 15


RUMAH-RUMAH MEWAH MERIAH
Edisi lalu Rumah Jogja menyajikan menu utama berupa “Labirin Kemewahan”. Sebuah artikel yang mengulik sisi kemewahan dari berbagai perumahan yang sepertinya tidak ada habisnya, laiknya sebuah labirin yang sulit ditemukan pangkalnya. Pada sajian kali ini kemewahan itu menemui ujungnya. Pembahasan tentang rumah mewah dan segala pernak-perniknya akan berakhir pada edisi Agustus ini.
Eksistensi Rumah Mewah
Bagaimana cara membaca eksistensi rumah mewah di tengah-tengah belantara sosial kota Jogja? Pertanyaan tersebut haruslah dijawab dengan cara membuka berbagai pancuran sudut pandang. Memandang rumah mewah dari sisi bisnis saja rasanya akan menjadi janggal jika dikaitkan dengan lingkup sosial yang mengitarinya. Dibutuhkan berbagai kacamata untuk memandang eksistensi sebuah rumah mewah.
Rumah mewah pada kenyataannya adalah satu tanggapan dari kebutuhan yang muncul di tengah masyarakat. Masyarakat meminta, maka para pengembang menyajikanannya. Hukum ekonomi klasik yang sudah diajarkan oleh guru ekonomi di bangku SMP mampu memberikan jawabnya, bahwa jika ada permintaan, maka akan muncul penawaran. Namun, pertanyaan yang selanjutnya muncul adalah, masyarakat kelas mana yang mampu memunculkan kebutuhan akan rumah mewah? Dalam edisi lalu sudah sedikit disinggung mengenai bagaimana rumah mewah muncul. Rumah mewah muncul sebagai kebutuhan tersier atau kebutuhan mewah. Dengan kata lain kebutuhan primer dan sekunder jelas sudah mampu tercukupi. Berangkat dari uraian tersebut secara otomatis dapat memberikan jawaban dari pertanyaan “dari kelas masyarakat manakah yang mampu memunculkan kebutuhan akan rumah mewah?”. Jawabannya sudah sangat gamblang bahwa rumah mewah muncul pada masyarakat yang sudah terbebas dari kebutuhan primer dan sekunder. Dalam bahasa ilmu sosial disebut sebagai kelas menengah ke atas. Maka, rumah mewah lantas identik dengan kelas menengah ke atas atau kelas sosial masyarakat yang sudah mapan.
Kelas menengah ke atas jumlahnya ternyata cukup banyak terdapat di Yogyakarta, parameternya berdasarkan kredit pemilikan rumah. Menyitir pendapat R. Hendriono, kepala cabang Bank BTN Yogyakarta menyebutkan bahwa peminat rumah mewah jumlahnya cukup banyak. Posisi mereka menggeser pengkredit rumah di kalangan bawah. Hal ini cukup membuktikan kalau tingkat kesejahteraan masyarakat Jogja lumayan baik. Walaupun, tetap saja kita harus menelan pil pahit karena negara kita tercinta tetap termasuk dalam kategori miskin. Tapi, apakah hal ini cukup relevan mengukur tingkat kesejahteraan hanya berdasarkan kredit kepemilikan rumah mewah? Tentu saja tidak. Kredit kepemilikan rumah mewah hanya digunakan sebagai salah satu parameter “tak resmi”.
Rumah mewah biar bagaimanapun adalah sebuah fenomena sosial yang sangat menarik. Eksistensinya adalah sebuah kontradiksi yang cukup mencengangkan. Harganya yang selangit tidak pernah kehilangan konsumen. “Yang membeli akan tetap ada. Bisnis penjualan rumah adalah seperti sebuah piramida,” terang Widhi dari PT. Roda Pembangunan Jaya. “Grafiknya akan berbentuk seperti piramida. Semakin murah harga sebuah rumah, maka akan semakin banyak peminatnya. Begitu pula sebaliknya, “ terang Widhi melanjutkan penjelasan sebelumnya.

Rumah Mewah dan Denyut Pendidikan

Eksistensi rumah mewah ternyata tidak mampu berdiri sendiri. Keberadaannya disokong oleh berbagai hal. Salah satu faktor penunjang terbesar ternyata berasal dari dunia yang rasanya agak cukup jauh untuk dikait-kaitkan, yaitu dunia pendidikan. Pendidikan yang baik ternyata berhubungan erat dengan naiknya bisnis properti, termasuk di dalamnya adalah pengadaan rumah mewah. Cap yang melekat di tubuh kota Jogja sebagai gudangnya pendidikan menjadi satu kutub magnet yang mampu menarik minat pendatang untuk mempercayakan sisi keilmuannya ditempa di kota gudeg ini.
Sejauh ini Jogja masih menjadi pilihan utama bagi siapapun untuk menempuh pendidikan tinggi. Selain karena kualitas pendidikan yang dijanjikan bermutu, juga karena faktor biaya hidup yang lebih murah dibandingkan dengan kota besar lain di Indonesia. Adanya Universitas Gadjah Mada sebagai universitas negeri tertua di kota ini diakui oleh khalayak sebagai magnet terbesar. Setiap tahun calon mahasiswa baru yang mendaftar masuk ke universitas ini berjumlah ribuan. Hal ini belum ditambah dengan keberadaan universitas lain, baik negeri maupun swasta, yang ada di kota Jogja. Kuantitas pendatang bisa saja berkurang, akan tetapi adalah satu hal yang sulit terjadi jika gelombang pendatang tersebut sama sekali terhenti.
Celah seperti ini dipandang sebagai peluang pasar yang begitu menggiurkan. Lihat saja keadaan di sekitar kampus. Dapat dipastikan muncul usaha-usaha yang melengkapi kebutuhan anak-anak kampus. Sebut saja rumah kos, kontrakan, layanan pencucian baju, warung makan, warung internet dan juga penyewaan cakram kompak film maupun musik. Usaha-usaha kecil seperti yang telah disebutkan sebelumnya merupakan bentuk respon pengusaha terhadap kebutuhan yang muncul.
Usaha-usaha yang telah disebutkan di atas memang baru berskala kecil. dalam skala yang lebih besar, kampus juga mampu memompa denyut usaha properti. Pengusaha hunian berlomba menyediakan tempat tinggal dari yang kelasnya sederhana hingga yang mewah tak terkira. Bisnis berskala besar ini juga merupakan sebuah tanggapan dari munculnya kebutuhan akan hunian di sekitar kampus. Mahasiswa adalah sasaran tembak yang paling utama dari berputarnya roda bisnis properti di daerah seputaran kampus. Walaupun secara matematis sebagian besar mahasiswa belum mampu membeli rumah, akan tetapi para pebisnis dunia properti melihatnya dari sudut yang lain. Sebagian besar mahasiswa secara finansial memang masih disokong oleh para orang tua. Orang tua juga tidak mau mempertaruhkan anak-anaknya tinggal di daerah dengan daya jangkau antara hunian dengan kampus begitu jauh. Maka, tidak heran jika di daerah, sekadar contoh, Seturan sering dijumpai mahasiwa yang mengontrak rumah sendiri.
Banyak mahasiswa yang memilih untuk mengontrak rumah daripada kos. Harganya bermacam-macam mulai dari lima juta rupiah per tahun hingga yang berharga sepuluh juta rupiah. Bahkan, tak jarang ditemui orang tua yang justru memilih untuk membelikan rumah bagi anaknya daripada mengontrak. “Ada beberapa orang tua yang justru memilih untuk membelikan anaknya rumah di Jogja dengan pertimbangan biaya kontrak lebih baik digunakan untuk membayar cicilan rumah, “ terang Arno Swandono dari PT. Merapi Arsitagraha.
Lalu apa hubungannya rumah mewah dengan keberadaan institusi kampus? Semuanya telah terang-benderang. “Pembeli kita sebagian besar malah berasal dari luar Jawa,” tutur Bambang Sudarmanto pemilik PT. Sarwo Indah. “Mereka biasanya membelikan rumah bagi anak-anaknya yang menempuh pendidikan tinggi di Yogyakarta,” imbuh Bambang yang mengembangkan perumahan multimedia pertama di Yogyakarta. Posisi kampus tak ayal lagi menjadi salah satu faktor penting yang mendukung perkembangan bisnis hunian, lebih spesifik lagi adalah hunian mewah.


Rumah Mewah dan Budaya Mencicil

Rumah mewah masih menjadi kebutuhan yang cukup “wah” bagi sebagian besar orang. Harganya yang sudah pasti mahal adalah alasan mengapa rumah mewah menjadi semakin jauh dari jangkauan bagi kocek sebagian besar orang. “Seperti mimpi kalau mau punya rumah kaya yang ada di majalah-majalah,” tutur Titik Sri Wulandari, seorang pegawai di sebuah instansi pemerintah. Mengingat rumah adalah pencitraan keinginan dan sisi personal dari penghuninya, maka urusan yang berhubungan dengan masalah rumah menjadi sangat penting. Akan tetapi, kesulitan memiliki rumah agaknya mulai ditemukan jalan keluarnya. Banyak lembaga keuangan (bank), baik yang berplat merah maupun swasta, menyediakan sarana bagi nasabah untuk memiliki rumah impian melalui jalan mengkredit. Rumah yang dulu tampaknya jauh dari nyata menjadi lebih mudah untuk diwujudkan.
KPR (Kredit Pemilikan Rumah) menjadi program yang diunggulkan di beberapa bank. Bahkan, ada lembaga keuangan yang menjadi identik dengan program mengkredit rumah. Salah satu contohnya adalah Bank BTN. Posisinya sangat tersohor sebagai lembaga keuangan pengucur dana pemilikan rumah bagi masyarakat. Bank BTN termahsyur sebagai bank yang memberikan kredit rumah bagi masyarakat yang berada di tingkat ekonomi menengah hingga ke bawah. Jejaringnya cukup merakyat. “Wah, saya malah senang kalau Bank BTN bisa disebut sebagai bank yang melayani masyarakat kelas menengah ke bawah,” R.Hendriono, kepala cabang BTN Yogyakarta, menuturkan kepada Rumah Jogja.
BTN menjadi identik dengan kredit kepemilikan rumah di kalangan kelas menengah ke bawah bukan karena tanpa sebab. Jejaringnya memang begitu luas. Hingga muncul istilah “rumah BTN”. Sekadar contoh adalah kawasan padat penduduk di kota Bandung, yaitu di daerah perumahan Antapani. Hampir sebagian besar kredit kepemilikan rumahnya dipercayakan kepada bank BTN. Begitu pula dengan daerah-daerah lain di Indonesia, termasuk di dalamnya kota Yogyakarta.
Kalau Anda berpikir bahwa kredit hanya terbatas pada kalangan menengah ke bawah, maka ada baiknya Anda menata ulang pemikiran ini. Hal ini tidak sepenuhnya benar karena pada kenyataannya para orang berpunya juga berkepentingan dengan dunia kredit-mengkredit. Sekadar contohnya adalah yang terjadi di BTN. Bank ini menyediakan program kredit pemilikan rumah bagi kalangan yang ternyata adalah menengah ke atas. Program ini mengusung nama KPR BTN Platinum dengan slogan “Mewujudkan Citra Ekslusif Hunian Anda”. Program kredit ini memang diperuntukkan bagi keluarga menengah ke atas. Mengingat harga tanah yang kian melambung tinggi, maka dampaknya bisa langsung dirasakan pada naiknya harga jual rumah. Harga rumah yang cukup mahal secara otomatis berdampak pada naiknya permintaan kredit di lembaga-lembaga keuangan. Terlebih lagi untuk kawasan Kabupaten Sleman yang memang sengaja diperuntukkan bagi pembangunan perumahan kelas menengah ke atas. Maka, waktu panen telah tiba bagi penyedia kredit rumah kelas menengah ke atas, termasuk di dalamnya rumah mewah. Berdasarkan kategorisasi yang dibuat oleh BTN, perumahan yang disebut sebagai mewah jika harganya di atas Rp 150.000.000,00. “Kredit rumahnya justru lebih banyak di golongan menengah ke atas,” tutur Hendriono. Lelaki berdarah campuran Jawa dan Sumatera ini menuturkan bahwa permintaan kredit rumah menengah ke atas ini disebabkan oleh naiknya harga tanah di kawasan Sleman. Hal ini pula yang menyebabkan naiknya nilai investasi di Jogja. “Rumah memiliki fungsi ganda, tidak hanya sebagai tempat tinggal, melainkan juga sebagai tabungan masa depan atau investasi,” imbuh Jeffri, PT. Santori Hutama, di lain kesempatan. Semakin tingginya nilai investasi rumah membuat khalayak tak lagi ragu-ragu mengambil kredit rumah di bank. Jadi, jika suatu ketika Anda terkagum-kagum saat lewat di depan sebuah kawasan perumahan elit, Anda tak perlu berkecil hati karena ternyata rumah mewah nan megah itu juga dimiliki dengan cara mengkredit. Kredit ternyata sudah menjadi aktivitas yang tidak hanya dilegitimasi sebagai tindakan masyarakat kelas bawah saja. Kredit telah merangsek dalam gaya hidup kaum menengah ke atas. Beberapa waktu ke depan tak hanya istilah “murah meriah” saja yang sering kita jumpai, melainkan juga “mewah meriah”. Selamat datang dalam budaya mencicil!!! (nanda kumalasari)

Sabtu, 19 Juli 2008

Majalah Rumah Jogja Edisi 9


Kawasan Istimewa Untuk Rumah Idaman
Tersedianya kelengkapan fasilitas hidup di kawasan Depok, Sleman, menarik pengembang untuk membuka lahan perumahan. Keistimewaan ini membuat perumahan di sana tak pernah sepi pembeli.
Kota tidak bisa mengelak dari perkembangan. Ia senantiasa mengalami perubahan. Pemicunya, kota tumbuh berkembang seiring industralisasi dan modernisasi yang masive. Kota menjadi tempat memenuhi keinginan manusia modern yang sulit terpuaskan. Melihat pertumbuhannya, kota seakan dijejali dengan fasilitas modern yang menawarkan kegemerlapan. Kota kemudian menjadi magnet penarik yang membuat penduduk berduyun-duyun datang memenuhinya. Kebutuhan akan tempat tinggal pun meningkat berbanding lurus dengan jumlah penduduk yang memenuhi kota. Fenomena perkembangan kota ini yang ditangkap pengembang perumahan sebagai salah satu strategi dalam membuka kawasan perumahan.
Salah satu pengembang itu adalah PT. Citra Kedaton. Menurut Rama Adyaksa Pradipta, fenomena perkembangan kota dan aglomerasinya menjadi pertimbangan untuk membuka kawasan perumahan. Direktur PT. Citra Kedaton itu pun kemudian memilih daerah utara Jogja khususnya kawasan Depok, Sleman untuk kawasan perumahan. “Fenomena pertumbuhan di kawasan utara Jogja terlihat melalui dibangunnya banyak kampus dan pusat perbelanjaan,” jelas Rama. Ia mengungkapkan bahwa trend perkembangan tata ruang kota diarahkan ke bagian utara timur Jogja sehingga kawasan itu tumbuh menjadi kota satelit. Oleh karena itu, sejak tahun 2001 PT. Citra Kedaton sudah memusatkan pembangunan perumahan di kawasan utara Jogja. Tujuh lima persen (75%) dari seluruh lokasi perumahannya berada di kawasan Depok, Sleman.
Alasan yang sama diutarakan Didik Supriatna, bagian pemasaran PT. Bhumi Setra Rizqi. Kawasan Depok memiliki keistimewaan sendiri. “ Selain berada di dekat kampus, akses keluar masuk kota mudah sehingga banyak diminati konsumen perumahan,” jelas Didik. Keistimewaan ini juga diungkapkan Iwan Widianto, Komisaris PT. Graha Citra Amanusa, kawasan Depok dekat dengan fasilitas pendidikan. “Banyak alumni seperti alumni UPN yang bekerja di pertambangan mencari rumah yang berada di dekat kampus,” ungkap Iwan.
Tersedianya fasilitas pendidikan dan pusat perbelanjaan di kawasan utara Jogja merupakan keistimewaan kawasan ini. Kecamatan Depok, Sleman yang berada di kawasan utara kemudian menjadi pilihan untuk perumahan, demikian ungkap Arno Swandono, Manager Pemasaran, PT. Merapi Arsitagraha. Selain itu, kawasan Depok masih asri seperti tersedianya air yang cukup. Kualitas air di kawasan ini juga masih relatif baik. “Perumahan yang berada di kawasan Jalan Kaliurang (Jakal), tiga rumah dari 14 yang ada mengalami kesulitan air, tetapi kalau di sini (Depok) air mudah,” ujar Iwan membuat perbandingan.
Pengembang kemudian ramai membuka lahan perumahan di kawasan Depok, Sleman. Perumahan Arvia Mulia, Anugraha Regency 1&2, Anggajaya Residence, dan Ayodya Citra merupakan beberapa contoh nama perumahan yang dibangun di kawasan tersebut. Perum Arvia Mulia terdiri dari sembilan kavling yang terdiri dari rumah satu lantai dan dua lantai. Anugraha Regency 2 menempati kawasan seluas 16.700 m2 yang terdiri dari 60 unit rumah. Perum Anggajaya Residence terdiri dari 31 unit rumah yang menempati kawasan 7000 m2. Sementara perum Ayodya Citra terdiri dari 68 rumah.
Namun, keistimewaan itu membawa konsekuensi, harga tanah di kawasan Depok, Sleman relatif mahal. Andreas Dwiatmojo, SE, atau yang akrab dipanggil Andre ini, Manager Marketing PT. Tiga Saudara Group mengungkapkan harga tanah di sana mencapai Rp 1. 100.000/m2. Hal ini juga diamini Rama, “nilai lahan di Depok berindeks tinggi.” Akibatnya, harga beli tanah yang tinggi membuat harga rumah di kawasan Depok, Sleman otomatis ikut tinggi. “Harga tanah saat ini di Depok melonjak dua kali lipat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Harga rumah ikut melonjak tinggi,” jelas Arno. Pengembang pun harus pandai mencari strategi pemasaran dan jeli membaca pasar.
Harga tanah yang tinggi membuat pengembang tidak sembarang menentukan pangsa pasar. Sebagian besar pengembang membidik kalangan menengah ke atas sebagai pembeli perumahan kawasan Depok, Sleman. “Nilai tanah yang sudah tinggi membuat kesulitan untuk menentukan harga yang terjangkau (kalangan menengah ke bawah),” ujar Rama. Harga satu rumah mencapai di atas Rp. 100 juta. “Untuk rumah dua lantai, saat ini bisa mencapai Rp. 500 juta sementara untuk satu lantai bisa mencapai Rp. 400 juta an,” ujar Arno. PT. Citra Kedaton memasarkan perumahannya dengan harga Rp. 150-300 juta. PT. Bhumi Setra Rizqi mematok harga satu rumah Rp. 139-600 juta. Sedangkan PT. Graha Citra Amanusa dengan perumahan Anugraha Regency 2–nya memberi harga paling rendah untuk satu rumah sekitar Rp. 222 juta. Perumahan Anggajaya Residence bahkan harganya tidak ada yang lebih rendah dari Rp. 500 juta untuk satu rumah.
Sadar dengan harga yang relatif tinggi, pengembang menawarkan keistimewaan di perumahan yang mereka bangun agar tetap dilirik pembeli. “Kami sudah tidak bermain dengan harga karena harga lahan sudah ditentukan mekanisme pasar,” ujar Rama. Konsep berbeda ditawarkan PT. Citra Kedaton yang membangun lingkungan mandiri (swadaya). “Minimal dalam satu lokasi bisa membuat satu Rukun Tetangga (RT),” terang Rama. Maka pembukaan lahan untuk kawasan rata-rata satu hektar dan minimal dibangun 50 unit rumah dalam satu kawasan.
PT. Graha Citra Amanusa membebaskan pembeli untuk dapat mendesain sendiri rumah mereka. Pengembang menyediakan tanah dan fasilitas untuk pembangunan.”Pembeli bisa pesan dulu dengan bentuk dan desain rumah sendiri baru kemudian rumah kita bangunkan,” ujar Iwan. Strategi lain dipakai PT. Bhumi Setra Rizqi yang membuat program cash back yakni mengembalikan uang pembeli setelah 15 tahun dari waktu pembelian. Untuk membuat penghuni perumahan nyaman, PT. Merapi Arsitagraha menawarkan kelengkapan fasilitas seperti fasilitas olah raga dan pengamanan 24 jam. Perumahan juga didesain dengan listrik bawah tanah dan terdapat ruang terbuka yang dimanfaatkan oleh penghuninya untuk menunjang berbagai kegiatan warga perumahannya. Kesenjangan antar penghuni pun diminimalkan dengan desain rumah tanpa pagar. Sementara PT. Tiga Saudara Group memberikan pelayanan konsumen dengan maksimal. “Pelayanan yang maksimal pada konsumen agar nanti bisa menjadi referensi untuk orang lain,” ungkap Andre.
Kejelian pengembang dalam membaca pasar membuahkan hasil. Perumahan di Depok, Sleman mendapat sambutan antusias dari pembeli. Selain keistimewaan wilayahnya, rumah di Depok memiliki harga jual kembali yang tinggi sehingga masih menarik untuk dijadikan investasi. Kondisi pasar yang sudah mulai bangkit pasca gempa bumi tahun 2006 turut membuat perumahan kawasan Depok menemukan pasarnya. Didik mengungkapkan perumahan yang dibangun PT. Bhumi Setra Rizqi di kawasan Depok sudah dihuni sebanyak 50 persen. Perum Ayodya Citra yang dibangun PT. Citra Kedaton akhir 2005, kini sudah dihuni 45 persen. Perumahan Anggajaya Residence yang dibangun PT. Merapi Arsitagraha juga mendapat respon yangbaik dari para konsumennya. Produk perumahan dari PT. Graha Citra Amanusa yakni Anugraha Regency 1 sudah 90% terjual, kemudian dalam pengembangannya di Anugraha Regency 2, developer ini membuka total 64 unit rumah yangsekarang sudah 20% terjual. Bahkan perumahan yang dibangun PT. Tiga Saudara Group di kawasan Depok seperti Griya Pesona Mulia dan Bumi Mulia Condongcatur sudah habis terjual.
Bak semut merubung gula, keistimewaan kawasan Depok, Sleman ramai dilirik pengembang. Perumahan yang dibangun pun tak pernah kehilangan pembeli, meski harga rumah relatif tinggi mengikuti harga tanah. Hal ini membuat kawasan Depok semakin padat karena lahan terbuka sudah mulai habis. Selain itu, Karakter pembeli sekarang sudah mulai berubah. Pembeli tak lagi memfungsikan rumah hanya sebagai investasi tetapi bergeser ke kebutuhan primer. “Dulu perumahan dominan digunakan untuk investasi, tetapi sekarang persentasi sudah turun, antara investasi dan kebutuhan primer sudah fifty-fifty,” ungkap Rama. Ketika rumah masih difungsikan sebagai investasi, pembeli jarang menempati rumah. Namun, pergeseran fungsi rumah telah membuatnya kembali ke fungsi semula yakni memenuhi kebutuhan akan papan. Kawasan Depok, Sleman pun semakin padat dengan penghuni baru.
Fenomena tersebut membawa pengaruh ke daerah sekitar perumahan. Beragam fasilitas tersedia di dekat perumahan. Pengembang kerap memberikan insentif kepada masyarakat sekitar sehingga perkembangan wilayah sekitar perumahan kian cepat. Misalnya pengembang memberikan bantuan seperti sumbangan untuk perbaikan jalan. “Sebelum masuk, kita melakukan sosialisasi IPT kemudian sharing apa yang bisa dibantu ke masyarakat,” ujar Rama. Pembangunan perumahan juga melibatkan warga sekitar sehingga membantu perekonomian warga. “Kita menjalin komunikasi dengan warga dan melibatkan warga dalam pembangunan rumah, seperti pekerja bangunan dan penjaga keamanan berasal dari warga sekitar,” jelas Arno.
Perumahan Kawasan Depok, Sleman menjadi alternatif yang tepat bagi pembeli yang menginginkan akses mudah pada banyak fasilitas seperti pusat perbelanjaan, kampus, dan bandara. Hunian nyaman dapat mereka pilih dari setiap keunggulan perumahan yang ditawarkan pengembang. Meski tidak menawarkan harga yang relatif murah dan luasnya lahan, kawasan ini cukup menjanjikan. Harga jual tanah dan rumah yang tinggi membuat perumahan di kawasan Depok juga cocok untuk dijadikan investasi. Kedekatannya dengan fasilitas pendidikan, memberi nilai tambah sendiri untuk kawasan Depok, Sleman terutama untuk mahasiswa. Seperti yang diungkapkan Andre, “konsumen kami sekitar 80-90 persen adalah mahasiswa sehingga jika sudah lulus, rumah itu dapat ditinggali keluarga lain yang akan belajar di Jogja.” Tak mau kalah dengan yang lainnya, PT. Graha Citra Amanusa merasa diuntungkan karena developer ini masihmempunyai ‘tabungan’lahan di kawasan emas Babarsari yakni masih mempunyai stok lahan yang belum mereka kembangkan seluas 2 hektar. / NURAINI
BOX
Tantangan Bisnis Properti di Kawasan Depok, Sleman.
Keistimewaan kawasan Depok, Sleman membuat harga tanah relatif tinggi. Pengembang tidak lagi menyiasati harga tetapi memasang strategi baru agar pembeli tetap antusias. Namun, tantangan pengembang tidak hanya berasal dari tingginya harga beli tanah. Kendala lain dalam pembangunan perumahan di kawasan Depok, Sleman tetap ada, yakni regulasi yang sedikit memakan waktu, karena banyaknya pengembang yang harus antri untuk mengurus perijinan perumahannya, yang otomatis akan membuat munculnya fenomena ‘antrian regulasi’. Hal yang sama diungkapkan Iwan Widianto dari PT Graha Citra Amanusa dan Didik Supriatna dari PT. Bhumi Setra Rizqi, tantangan (khususnya legalitasnya) membangun perumahan di kawasan Sleman adalah antri perizinan.
Beberapa regulasi di kawasan Sleman juga kerap dikeluhkan pengembang. Hal ini membuat iklim usaha tidak kondusif karena pengembang berada dalam ketidakpastian. Pembatasan kavling untuk perumahan bagi Rama Adyaksa Pradipta kurang tepat diterapkan. Ia menjelaskan, pemerintah beralasan pembatasan dilakukan agar lahan perkotaan dapat efisien dan memperluas tangkapan air. “Namun, luas lahan berapapun tergantung kemauan pembeli. Jika memiliki uang lebih, mereka dapat mengembangkan rumah sesuai keinginan seperti meluaskan garasi dan penambahan ruang,” ujar Rama. Tujuan dari pemerintah itu kemudian tidak akan tercapai.
Pengembang pada dasarnya tidak mempermasalahkan dengan adanya regulasi dari pemerintah. “Regulasi memang bagus untuk menertibkan tetapi yang menjadi masalah adalah lamanya ngurus izin,” ujar Didik. Pun dengan Rama, tidak mempermasalahkan regulasi selama regulasi tersebut objektif dan masuk akal. Pemerintah selayaknya memberikan solusi pada masalah yang dirasakan pengembang. Rama mencontohkan solusi yang dapat dilakukan pemerintah untuk menambah daerah tangkapan air dengan membuka kavling untuk lahan terbuka hijau.
Regulasi memang mutlak diperlukan, selain untuk menertibkan pengembang juga melindungi pembeli agar tidak dirugikan. Namun, sungguh bijaksana jika regulasi mengakomodasi semua pihak sehingga pelaksanaannya dapat optimal. Tak hanya itu, bagi para pengembang khusunya, ini dapat dijadikan tantangan supaya lebih mempersiapkan segala kebutuhan (khususnya perijinan) sehingga tidak akan muncul istilah ‘Pengembang Nakal’. Manfaat regulasi tersebut diharapkan dapat dirasakan seluruh pihak sehingga tidak ada salah satu pihak yang merasa dirugikan. / NURAINI

Majalah Rumah Jogja Edisi 10


Poros Jakal, Palagan, Monjali:
Kawasan Emas untuk Hunian
Kota Jogjakarta, saat ini semakin menembangkan dirinya. Sebagai kota yang memiliki cap sebagai Kota Pendidikan dan Kota Pariwisata, Kota Jogjakarta semakin diramaikan oleh para pendatang dari segala penjuru daerah. Dengan ramainya pendatang ini, menyebabkan lingkungan kota semakin padat. Lahan yang menyempit, arus lalu lintas yang padat, serta udara yang semakin polutif.
Banyak orang, kemudian melirik daerah pinggiran kota yang memungkinkan untuk dijadikan kawasan hunian. Sebenarnya, terdapat beberapa daerah yang cukup berprospek untuk dijadikan kawasan hunian. Dan, para developer yang cepat membaca kondisi daerah pun berlomba-lomba menancapkan bangunannya di daerah-daerah tersebut. Daerah-daerah yang cocok untuk dijadikan kawasan hunian teresebut antara lain: Depok, Godean, Jalan Monjali, Jalan Kaliurang, dan Jalan Palagan.
Beberapa daerah tersebut dianggap bagus untuk sebuah kawasan hunian dikarenakan lokasinya yang cukup strategis. Tidak terlalu dekat dengan pusat kota, namun memiliki akses transportasi yang memadai untuk menuju pusat kota. Fasilitas umum yang semakin berkembang, serata (dan yang paling diutamakan) berdekatan dengan sekolah. Baik dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga tingkat Perguruan Tinggi (PT).
Namun, lokasi dan fasilitas yang baik pun masih kurang memenuhi sebagai kawasan hunian yang nyaman bagi sebagian orang. Mereka, banyak yang mencoba mencari kawasan yang memiliki udara yang masih segar serta pemandangan yang masih hijau. Hal inilah yang kemudian menjadikan kawasan Jalan Kaliruang (Jakal) dan Jalan Palagan, dan Jalan Monjali diminati banyak orang.
Membaca kebutuhan dan keinginan konsumen tersebut, para developer kemudian berlomba-lomba menyediakan perumahan seperti yang diidamkan banyak orang tersebut. Hingga saat ini, perumahan yang berdiri di sepanjang Jakal dan Monjali, berjumlah lebih dari…. Perumahan.
Salah satu developer yang membangun perumahannya di Jakal dan Monjali adalah PT.Trimitra Kencana Mataram dengan perumahan Tiara Kencana Town House. Azhar Yaman, SE. selaku Manager Operasional, memaparkan bahwa pihaknya mendirikan perumahan di daerah Monjali karena melihat adanya daya tarik yang kuat dari kawasan tersebut untuk dijadikan hunian. “Daerah sini, cukup bagus untuk investasi. Karena lokasinya yang strategis. tidak terlalu dekat dan juga tidak terlalu jauh dari kota. Selain itu, di sini terdapat sarana pendidikan yang cukup komplit,” tuturnya.
Kecenderungan yang dimiliki konsumen untuk mencari rumah di sekitar Jakal dan Monjali juga turut dibaca oleh Azhar. Menurutnya, banyak konsumen dari Tiara Kencana Town House, memilih rumah di sana untuk mencari kenyaman dan privasi. Kebanyakan, perumahan di daerah Monjali memiliki jarak yang cukup berjauhan dengan daerah perkampungan. Hal inilah yang kemudian menjadi salah satu alasan kenapa banyak orang memilih kawasan tersebut. “Mereka –konsumen- biasanya menginginkan privasi untuk tempat tinggalnya,” papar Azhar. Konsumen yang seperti ini, biasanya berasal dari kelas middle-up yang ingin mencari rumah dengan lingkungan yang tenang. Selain itu, udara yang segar dan view yang masih hijau, turut menjadi nilai tambah yang dijual oleh pihak Tirta Kencana Town House.
Azhar pun mengakui, bahwa sasaran konsumen dari Tiara Kencana Town House ini adalah masyarakat dari kelas middle-up. Menurutnya, untuk membangun perumahan di kawasan tersebut, dirasa rugi jika membidik konsumen dari masyarakat middle-down. Karena, keuntungan yang didapat tidaklah sebesar keuntungan dari masyarakat middle-up
Sementara itu, Arif dari PT. Adi Citra Buana memaparkan, bahwa pihaknya membangun perumahan di kawasan Jakal karena lokasinya yang strategis, terutama untuk akses ke universitas. “sasaran konsumen kami memang orang tua dari luar Jogja, yang memiliki anak sedang atau akan kuliah di Jogja,” tutur Arif. Konsumen ini, biasanya memanfaatkan rumah, selain untuk dihuni oleh anaknya selama kuliah di Jogja, juga dijadikan lahan investasi. Hal ini kemudian diakui oleh Arif, lokasi tempat Mayla Riverside berdiri, yakni di Jalan Kaliurang Km.8, sangatlah strategis. Ia pun melihat adanya kemungkinan terus berkembang dari perencanaan tata kota. Sehingga, sangat baik untuk dijadikan lahan investasi.
Dengan meletakan perumahan di daerah ini, keuntungan bagi Mayla Riverside cukup terasa. Tanggapan yang baik dari masyarakat terlihat dari banyaknya konsumen yang cukup tertarik. Dari 31 rumah yang ditawarkan, setidaknya sudah ada sepuluh rumah yang terjual.
Permintaan konsumen yang cenderung memilih daerah utara pun, turut disambut oleh PT Sarwo Indah. Salah satu kawasan hunian yang didirikan oleh pengembang adalah Merapi Regency. Dion Perdana, dari PT. Sarwo Indah memaparkan bahwa Jogja bagian utara selalu menjadi idola hunian oleh para konsumen dari luar Pulau Jawa. Pemandangan yang bagus didapat dari adanya view Gunung Merapi, dan masih banyaknya sawah yang menghampar di luar kawasan perumahan.
Selain itu, Dion juga memaparkan bahwa pertimbangan akses sangat diperhitungkan oleh konsumen. Hunian dengan luas 3.5 Ha ini memiliki jarak yang tidak terlalu dekat dengan kota, namun juga tidak terlalu jauh dari kota. Sehingga suasana menjadi lebih tenang. Dekatnya dengan Universitas juga menjadi pertimbangan yang serius dari pihak konsumen. Karena itulah, lokasi perumahan ini, diletakan untuk berada di antara Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Islam Indonesia (UII). “Istilahnya sangat strategis, sangat berbeda dengan daerah Bantul. Karena kami membuatnya dekat dengan universitas dan tidak terlalu jauh juga untuk ke kota,” paparnya.
Dengan meletakkan Merapi Regency di lokasi yang sangat strategis seperti itu, pihak PT Sarwo Indah mendapatkan respon yang bagus dari konsumen. Hal ini terlihat ketika merekam melakukan pameran di beberapa tempat seperti, Surabaya, Jakarta, Balikpapan, dan sebentar lagi di Irian Jaya. “tidak ada tanggapan konsumen yang mengatakan lokasi kami kurang bagus, dan mereka selalu berkomentar bahwa view-nya sangat menarik,” urai Dion merangkum pendapat konsumennya. Selain itu, tanggapan baik tersebut juga terlihat dari jumlah penjualan Merapi Regency. Dari 122 kavling yang ditawarkan, sudah 50% yang terjual.
Kabupaten Sleman, yang terus mengembangkan infrastruktur wilayahnya, membuatnya menjadi dareah primadona untuk lokasi perumahan. Hal inilah yang turut dimanfaatkan oleh oleh beberapa developer. “Infrastruktur yang sudah jadi, membuat perumahan di daerah sleman cukup menguntungkan bagi developer,” tutur James Jeffrey, Marketing Executive PT. Ayodya Karya. Hal inilah yang membuat PT. Ayodya Karya menempatkan tujuh perumahannya di saerah Sleman. Tentunya, selain itu, juga karena permintaan konsumen yang selalu mengarah pada daerah Sleman. Tiga dari tujuh perumahan ini, terletak di seputaran Jakal dan Jalan Palagan. Yakni Grand Lempong Town Housing yang terletak di antara Jakal dan Jalan Palagan, Mutiara Palagan, yang terletak di Jalan Palagan Km.10, dan North Hill Residence yang terletak di Jalan Palagan Km.13.
Lebih lanjut Jeffrey memaparkan, bahwa selain infrakstruktur bidang pendidikan dan pariwisata yang sudah memadai, lokasi yang aman juga turut menjadi pertimbangan konsumen. Jeffrey mencontohkan lokasi North Hill Residence, yang tidak rawan banjir karena terletak di wilayah yang cukup tinggi yakni di Jalan Palagan Km.13. Selain itu, lokasi tersebut juga tidak rawan untuk terkena bencana, jika Gunung Merapi memuntahkan laharnya. Hal ini pun sama dengan Mutiara Palagan dan Grand Lempong Town Housing yang letaknya tidak begitu berjauhan.
Salah satu developer yang turut berlaga di daerah Palagan, Kaliurang, dan Monjali adalah PT.Yusan Nindyakarsa dengan perumahannya Pesona Anindya. Menurut Oriza Sativa, SE, dari bagian marketing, pihaknya mencoba memenuhi permintaan konsumen dengan membangun perumahan tersebut di Jalan Palagan. “Biasanya saat kita melakukan pameran, banyak calon konsumen yang mencari perumahan di daerah utara. Oleh karena itulah, kami mencoba memenuhi permintaan tersebut,” papar wanita yang biasa disapa Tiva ini.
Menurutnya, alasan yang diungkapkan calon konsumennya adalah akses mudah untuk menuju tempat perkuliahan, lokasi yang nyaman karena tidak terlalu dekat dengan kota, strategis karena juga tidak terlalu jauh menuju pusat kota, serta adanya peluang yang besar untuk berinvestasi. Hal ini diakui oleh Jingga Januruna, seorang konsumen Pesona Anindya. Akses yang bagus serta prospek investasi yang baik menjadi daya tarik baginya untuk membeli salah satu rumah di Pesona Anindya untuk tempat tinggal. “Selain itu, masih banyak sawah dan udara sekitarnya masih segar,” ujar wanita yang berwiraswasta ini. Lebih lanjut, Jingga juga menuturkan bahwa lingkungan dan masyarakat sekitar terlihat baik-baik saja.
Banyaknya permintaan konsumen terhadap tiga ruas jalan tersebut, membuat para developer bersaing untuk mendapatkan konsumen. Berbagai penawaran pun mereka lemparkan untuk menarik hati para konsumen. Seperti yang ditawarkan oleh perumahan North Hill Residence. Jeffrey memaparkan bahwa dengan konsep rumah colonial tropical, pihaknya menawarkan fasilitas umum dan rumah yang sangat memadai. Semisal untuk fasilitas perumahan, disediakan Fitness Center, kolam renang anak, taman bermain anak, Keamanan 24 jam dengan one gate system, lounge, jogging track, dan instalasi listrki bawah tanah. Selain itu, North Hill Residence pun menawarkan fasilitas rumah berupa Modern Kitchen Set, almari tanam, lampu antik untuk semua teras, TV Satelite Channel, solar water heater, AC untuk semua ruang, fixed line telephone, internet, dan genset (300W). “Konsumen yang mau menempati rumah, tinggal bawa baju, furniture, dan mobil saja,” ujar Jeffrey.
Sementara itu, untuk memudahkan calon konsumen untuk memiliki rumah di North Hill, PT. Ayodya karya memberikan berbagai kemudahan, terutama dalam hal pembayara. “untuk uang muka bisa diangsur hingga delapan kali, konsumen bisa menggunakan kredit perumahan. Selain itu, semua perijinan pun sudah lengkap” tutur Jeffrey.
Kelengkapan fasilitas turut ditawarkan oleh Merapi Regency namun dengan konsep yang berbeda. Konsep perumahan baru, yang berbeda dengan perumahan lainnya. Yakni, dengan memberikan fasilitas multimedia untuk penghuni di Merapi Regency. Fasilitas yang ditawarkan ini antara lain: Internet, TV Kabel, VoiP, Swalayan Online, CCTV Camera, serta Café dan Resto berfasilisat hot spot. Fasilitas ini sebagai pendukung untuk kebutuhan para penghuni di Merapi Regency, dimana kebutuhan informasi dalam kehidupan modern ini sangat di butuhkan. Internet sesuatu hal yang sangat di butuhkan, selain mendukung untuk bekerja, maupun untuk mencari ilmu dan mencari berita secara cepat dan tepat. Selain itu internet digunakan sebagai fasilitas komunikasi yang sangat efisien dalam kehidupan sekarang ini. Selain fasilitas multimedia tersebut, Merapi Regency pun turut menawarkan berbagai fasilitas umum. Seperti, Medical Center, gedung pertemuan, lapangan tenis, lapangan tenis, kolam renang, taman bermain, keamanan dengan one gate system, listrik jaringan bawah tanah, dan tampat ibadah.
Merapi Regency berusaha memberikan kemudahan bagi calon konsumennya. penjualan via internet telah mereka hadirkan sejak awal 2007. Calon konsumen yang ingin memiliki rumah di Merapi Regency dapat membeli serta meng-update perkembangan rumahnya lewat internet.
Sementara itu, Arif memaparkan bahwa Mayla reverside memang hanya menawarkan fasilitas yang standar. Namun, pesona alam di sekitar Mayla Riverside menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen. “banyak konsumen yang tertarik dengan pesona alam di sekitar perumahan kami. Lokasinya yang dekat dengan sungai, membuat suasan jadi menyenangkan karena adanya suara gemercik sungau,” paparnya. Sementara itu, untuk memudahkan konsumen memiliki rumah, KPR pun turut ditawarkan oleh perumahan ini.
Pesona alam jugalah yang kemudian ditawarkan oleh Tiara Kencana Town House. “fasilitas dari kami memang standar. Namun, kepadatan wilayah yang belum terlalu rapat, membuat pemilik rumah memiliki pandangan yang lebih luas, hingga bisa menikmati pemandangan Gunung Merapi,” tutur Azhar.
Membangun sebuah kompleks hunian, tentunya tidaklah dapat langsung mendirikan saja. Para pengembang ini pun, harus menjalin hubungan baik dengan masyarakat sekitar perumahan. Karena tak dapat dipungkiri, masyarakat sekitar perumahan itulah yang lebih dahulu menetap di lingkungan tersebut. inilah yang membuat para pengembang, sebelum mendirikan perumahan, harus memberikan sosialisasi pada masyarakat. Hal ini dilakukan demi keamanan dan kenyamanan bersama (antara warga perumahan dan warga sekitar perumahan). Permasalahan sosialisasi ini pun diwajibkan oleh Pemrintah Kabupaten Sleman “minimal ada 20 orang yang hadir dalam sosialisasi tersebut,” tutur Tiva.
Namun sejauh ini, masyarakat yang tinggal di sekitar perumahan yang terletak di Jalan Palagan, Jalan Kaliurang, dan Jalan Monjali, selalu memberi tanggapan baik dan terbuka bagi perumahan-perumahan baru tersebut. “Masyarakat cukup antusias dan mendukung, sehingga jarang terdapat konflik,” tutur Jeffrey. Salah satu hal yang menyebabkan keterbukaan penduduk tersebut, dikarenakan daerah tersebut sudah banyak pemukiman. Sehingga, penduduk sekitar sudah tidak kaget lagi.

Nama Perumahan Lokasi Tipe Harga Developer
Pesona Anindya Jln. Palagan TP (Utara Hotel Hyatt) 70/90 – 95/135 245jt – 352,6jt PT. Yusan Nindyakarsa
Tiara Kencana Town House Jln. Damai (Antara Jln. Palagan dan Jln. Kaliurang) 91/118 – 170/160 429,3jt – 678,5jt PT. Trimitra Kencana Mataram
Mayla Riverside Jln. Kaliurang m.8 40/90 – 100/169 229,5jt – 495,7jt PT. Adi Citra Buana
Sedan Residensia Jln. Palagan TP Km. 6,5 (Belakang Hotel Hyatt) 50/111 – 130/133 256,5jt – 433,5jt PT. Adi Citra Buana
Noth Hill Residence Jln. Palagan Km.13 Mulai 250/229 Harga mulai 1,4M PT. Ayodyakarya
Mutiara Palagan Jln. Palagan Km. 10 Mulai 50/94 Harga mulai 170jt PT. Ayodyakarya
Grand Lempong Town Housing Mudal, Sariharjo, Ngaglik, Sleman. Mulai 70/126 Harga mulai 300jt PT. Ayodyakarya
Merapi Regency

Majalah Rumah Jogja Edisi 11


Hunian Nyaman di Tempat yang Aman

Home sweet home. Rumahku istanaku. Sebuah ungkapan yang tepat untuk menggambarkan betapa rumah menjadi poin penentu standar kebahagiaan manusia. Setelah penat dengan segala aktivitas, hunian yang nyaman menjadi obat pelepas lelah. Tak heran bila masyarakat luas amat teliti dalam menentukan rumah idamannya.

Ketelitian dalam memilih tempat tinggal itu rupanya diperkuat dengan banyaknya bencana yang melanda sebagian besar kawasan Indonesia. Tak terkecuali wilayah Jogja yang sempat ambyar disapu gempa bumi berkekuatan 3,7 skala ritcher medio 2006 silam. Bencana yang meluluhlantakkan bagian selatan dan timur wilayah Jogja ternyata cukup memberi pengetahuan baru ke beberapa pihak. Salah satunya mengenai konstruksi bangunan. Konsumen saat ini lebih jeli dan kritis dalam melakukan transaksi, khususnya pembelian rumah tinggal.
Akibat meluasnya pemberitaan di media cetak maupun elektronik mengenai kondisi wilayah Indonesia yang rawan bencana, masyarakat luas kini tak lagi meributkan daerah-daerah yang berpotensi terkena gempa. Pilihan daerah aman pun menjadi bias, mengingat hampir seluruh wilayah Indonesia memiliki potensi terhadap kerusakan alam. Untuk mengatasinya, masyarakat kini beralih melakukan berbagai tindakan preventif. Salah satunya dalam memilih rumah tinggal. Tak bisa dimungkiri bahwa pertumbuhan penduduk semakin lama semakin bertambah. Sementara lahan yang disediakan justru terbatas. Para developer pun terus berusaha keras mencari alternatif kawasan perumahan yang nyaman bagi masyarakat. Terlebih lagi memiliki konsep kawasan yang jelas dan berkualitas. Di Jogja sendiri, mengingat biaya kebutuhan hidup masih lebih rendah dibanding kota-kota besar lainnya, kisaran harga rumah yang ditawarkan pun masih terjangkau.
Penjualan unit rumah yang ditawarkan developer PT Karya Sehati Utama justru meningkat pasca gempa. Semua unit yang disediakan di Purimas Citra Gemilang tahap I telah terjual habis. Ini membuktikan bahwa masyarakat jogja sudah cukup mampu mengontrol dampak psikologis yang ditimbulkan akibat bencana tersebut.
Banyak developer yang memberikan bonus-bonus khusus kepada costumer. Hal ini dilakukan demi target pasar. Namun PT Karya Sehati Utama memiliki trik tersendiri. Kualitas dan legalitas lah yang utama. Bila menengok pada tahun-tahun silam, tercatat puluhan kasus yang menjadi berita akibat status hukum bangunan yang tak jelas. Ini kemudian menjadi pelajaran.bagi kalangan developer. Menariknya, developer ini justru tak segan memperlihatkan bukti-bukti hukum berupa sertifikat tanah supaya konsumen merasa aman. Kualitas pun menjadi hal utama yang juga ditonjolkan. Konstruksi dan spesifikasi bangunan yang ditawarkan pun terjamin mutunya. Costumer bisa datang sendiri dan membuktikannya.
Hal senada juga dipertegas oleh PT Wardana Putra. Kualitas bangunan merupakan poin utama. Iming-iming investasi berkelas di daerah selatan, rupanya menjadi target pasar para developer sejak lama. Lahan di daerah utara yang terus tergerus habis membuat pencarian rumah tinggal di wilayah timur dan selatan terus dilakukan. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut, PT Wardana Putra sejak November 2005 membangun suatu kawasan perumahan tak jauh dari ring road selatan dengan nama Bumi Mandiri Wirokerten (BMW).
Gempa yang terjadi pada medio 2006 lalu membuat segala macam aktivitas transaksi terhenti. Begitu pula dengan penjualan unit-unit rumah siap bangun di BMW. Mengacu pada tanggung jawab sosial kemasyarakatan, saat recovery gempa, PT Wardana Putra menyediakan unit rumah dan lahan di BMW sebagai tempat pengungsian. Praktis tak ada kegiatan penawaran.
Bencana selalu saja masih meninggalkan trauma. Kendala itulah yang sempat dirasakan PT Wardana Putra pada masa-masa setelah gempa. Masyarakat lebih menyempatkan diri untuk berpikir lebih dalam dan matang mmengenai rencananya untuk pembelian rumah tinggal. Namun kondisi stagnan tersebut tak berlangsung lama. Dengan sigap, setelah dua bulan berselang aktivitas penjualan unit BMW kembali digalakkan. Menariknya, pasca gempa justru konsumen ramai-ramai berdatangan untuk memesan tempat. Saat ini dari 78 unit yang ada, 61 rumah tinggal telah dipesan. Bukti nyata tak adanya kerusakan pada bangunan di perumahan BMW membuat masyarakat percaya akan kualitas konstruksi yang ditawarkan. Kekokohan bangunan memang merupakan alasan utama konsumen dalam memilih rumah tinggal, harga menjadi pilihan kedua. “Untuk daerah selatan sendiri, harga unit yang ditawarkan memang jauh lebih murah. Ini memang disesuaikan dengan daya beli masyarakat,”utur Hesti, staf marketing PT Wardana Putra.
Sejauh ini tak ada strategi khusus yang digagas. Keutuhan bangunan meski gempa terjadi merupakan satu poin tersendiri. “Masyarakatlah kemudian yang menentukan, rumah dengan konstruksi bagaimana yang akan mereka tinggali. BMW adalah bukti nyata.” kata Ir. Satrio Pamungkas, Direktur Utama PT Wardana Putra.
Untuk mempertegas kondisi fisik bangunan rumah yang akan ditinggali, developer ini memberikan jaminan konstruksi selama tiga bulan. Setelah rumah jadi pun, ada beberapa tahapan yang meyakinkan bahwa rumah tersebut siap ditempati. “Tahap awal ada checklist intern. Setelah jadi pihak developer akan mengecek apa-apa saja yang kurang.” papar Hesti. Tahapan kedua adalah checklist konsumen. Pada bagian ini, mereka bisa dengan langsung mengecek apa-apa saja yang masih menjadi ganjalan. Setelah keduabelah pihak merasa puas, maka serah terima resmi dilakukan. Selain kondisi bangunan yang terjamin, konsumen pun turut dimanjakan dengan kemudahan pembayaran. Untuk pelunasan rumah secara cash, BMW memberikan layanan cash bertahap hingga dua tahun tanpa bunga.
Konsumen di Jogja rupanya lebih mementingkan pembangunan kawasan ketimbang rumah berharga murah namun asal bangun. Sebagai kota kecil dengan nuansa yang menyajikan kehangatan, masyarakat Jogja tetap berupaya menjadikan rumah tinggal mereka sebagai kawasan yang asri dan penuh harmoni. Wilayah bekas bencana pun tak jadi soal karena mereka kini lebih berhati-hati dalam menentukan pilihan.
Perumahan Puri Sakinah yang berjarak 900 meter dari perempatan ring road Kotagede, menawarkan konsep baru bagi penghuninya. Dengan mengusung nuansa Islami, para penghuni bisa merasakan suasana silaturahmi yang hangat. Masjid yang berdiri anggun di dalam kawasan perumahan inipun bisa menjadi pusat kegiatan keagamaan yang memadai. Bagi konsumen yang mengutamakan kawasan berbasis keagamaan, Puri sakinah tepat menjadi pilihan. Tipe lahan yang ditawarkan pun cukup luas, yakni tipe 32 dan 36. Hal ini memungkinkan keluarga-keluarga baru untuk tinggal di kawasan ini.
Selain itu coba tengok Purimas Citra Gemilang I yang terletak di Jl. Imogiri Barat, Ngoto. Dari 54 unit yang tersedia, 80% nya telah terjual. Dengan harga kompetitif, berkisar 100-175 juta, unit-unit siap bangun laku keras di pasaran. “Kawasan perumahan yang terkonsep rapi rupanya mampu menarik minat konsumen untuk segera melakukan transaksi pembelian,” papar Andi Dwi Wahyudi. Manajer marketing PT Karya Sehati Utama. Suasana yang asri disetai jalan-jalan yang lebar merupakan poin penunjang agar penghuni menemukan rumah idamannya di kawasan perumahan ini.
Berbeda dengan perumahan lainnya, Purimas Citra Gemilang jeli menembak tiga lapisan konsumen; kalangan bawah, menengah, dan utama. Konsep ini menunjukkan keberagaman yang mampu dipadukan dalam satu ruang lingkup. Tak heran bila motto Investasi Emas di Hunian Berkelas layak digaungkan.
Selain pembangunan kawasan yang terkonsep, lokasi yang strategis merupakan nilai lebih bagi masyarakat dengan mobilitas tinggi. “Lokasi strategis menjadi keutamaan kami dalam membangun kawasan perumahan.” ungkap Yudhi, manajer marketing PT Triputra Mulia. Kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi membuat konsumen menjatuhkan pilihan pada lokasi perumahan yang dekat dengan segala akses. Tawaran ini tergambar jelas pada kawasan Dalem Kotagede Asri. Seperti yang kita ketahui, daerah Kotagede merupakan situs pariwisata sejarah yang sangat tersohor. Akibatnya, meski tak seberapa dekat dengan pusat kota, namun fasilitas-fasilitas yang memadai telah berkembang di kawasan itu. Berlokasi tak jauh dari Jl Raya Pleret, depan lapangan Jambidan, Dalem Kotagede Asri berada pada titik yang memungkinkan untuk menjangkau semua akses. Alat transportasi, fasilitas pendidikan, keamanan, dan kesehatan yang tersedia membuat konsumen dengan mobilitas tinggi tak perlu lagi merasa serba repot.
Gayung bersambut. Kemudahan akses yang ditawarkan tadi rupanya mampu membuat masyarakat Jogja berduyun-duyun memesan rumah tinggal di perumahan ini. Sejak awal mula diluncurkan, November 2007 hingga sekarang, dari 118 unit yang tersedia kini hanya bersisa 25 unit saja. Angka penjualan tersebut membuktikan bahwa meski berlokasi di daerah selatan, yang notabene bekas daerah gempa, sebuah kawasan perumahan yang berkualitas dan strategis tetap diminati masyarakat
Rupanya meski penjualan meningkat, masyarakat jogja tetap was-was memilih hunian di lahan bekas bencana. Hal ini menjadi tantangan terbesar yang diemban bagian marketing. Pendekatan terhadap konsumen dirasa merupakan cara yang efektif untuk menaikkan tingkat penjualan. PT Karya Sehati Utama memiliki cara jitu untuk mendatangkan konsumen. “Awalnya kita pasang iklan di media cetak. Di sana tertulis bila customer ingin survey lokasi, kami akan memberikan souvenir cantik sebagai kenang-kenangan, “jelas Andi. “Di sana kita beri informasi sejelas-jelasnya. Kita tunggu agar customer yang datang. Jangan sampai dikejar-kejar, nanti justru mereka malah akan lari,” imbuhnya. Keunggulan lain yang ditawarkan Purimas Citra Gemilang ialah lokasi yang strategis, site plan yang jelas, akses transportasi, dan desain berkelas.
Tahapan prosedur yang harus dilalui untuk memeperoleh satu unit rumah siap bangun cukup mudah. Awal mulanya terjadi perbincangan mengenai kebutuhan customer akan rumah huni yang diidamkan. Bila cocok maka antara pihak marketing dan costumer bisa bertemu di lokasi untuk melakukan survey. “Kalau cocok, tanda jadi yang harus dibayarkan hanya Rp 2,5 juta. Setelah itu bisa melakukan proses pembelian, bisa lewat KPR atau cash.” jelas andi
Ada banyak cara yang dilakukan pegiat marketing untuk memmasarkan produknya. Tak jarang konsumen diiming-imingi beberapa kemudahan, bonus, diskon, hingga fasilitas khusus. Namun marketing PT Triputra Mulia justru bersikap adanya. “konsumen kini sudah memiliki kriteria dan pengetahuan sendiri tentang bangunan yang berkualitas. Mereka bisa menilai mana-mana saja perumahan yang layak huni tanpa embel-embel bonus,” ungkap Yudhi. Oleh karenanya, dalam setiap transaksi yang terjadi, kenyamanan pelangganlah yang dijadikan acuan. Tindakan ini pun termasuk dalam strategi marketing yang tengah mereka jalankan. Dari semua iklan yang coba dipasang, iklan lewat konsumen (jaringan relasi) justru yang paling efektif. Konsumen yang merasa puas atas pelayanan yang diberikan pasti akan menyebarkannya dari mulut ke mulut. Meski cukup sederhana, strategi pemasaran dalam bentuk ini justru paling efektif
Dengan punggawa marketing yang hanya berjumlah dua orang, PT Triputra Mulia rupanya perlu berupaya maksimal dalam setiap penawaran yang mereka kerjakan. “tantangan terbesar kami ialah keterbatasan SDM. Meskipun demikian hal ini tetap kami pertahankan demi efisiensi dan efektivitas kerja, “tegas Yudhi. Tak pelak, hingga saat ini justru para konsumen lah yang berdatangan di kantor pemasaran. “kami meminta maaf pada konsumen yang ingin menemui kami di lapangan. Hal tersebut sulit dilakukan karena jumlah konsumen yang datang ke kantor sendiri sudah cukup banyak.” Tambah Yudhi. Namun sejauh ini, persoalan itu tetap bisa teratasi dengan baik. Tersedianya informasi yang padat dan pekerja lapangan yang tangkas di lokasi perumahan, justru membuat konsumen yang telah tergiur untuk memesan rumah tak segan datang ke kantor. Kapling siap bangun yang ditawarkan Dalem Kotagede Asri memiliki pilihan-pilihan yang menarik. Agar konsumen merasa betah di rumah, mereka diberi kebebasan untuk mendesain denah dalam rumahnya sendiri.
Berbagai pilihan yang ditawarkan memang selalu menarik. Tapi tak ada salahnya bila konsumen terus membekali diri dengan pengetahuan-pengetahuan khusus dalam memilih rumah tinggal. Bencana yang pernah melanda harus menjadi pembelajaran pada kita semua. Bahwa memilih hunian harus mengutamakan kejelian. Tak sekedar berharga murah dan terkesan nyaman, tapi harus aman. [Intan]

Majalah Rumah Jogja Edisi 12


Geliat Bantul, Dua Tahun Pasca-Gempa

Sekira dua tahun lalu, tepatnya pada 27 Mei 2006, sebuah gempa menguncang Yogyakarta dan daerah sekitarnya. Dengan kekuatan 5,9 SR pada dini hari dapat membuat beberapa daerah hancur seketika. Salah satu daerah yang menjadi korban gempa terparah adalah Kabupaten Bantul.
Terjadinya bencana alam ini, tentunya turut mempengaruhi pasar perumahan di daerah Bantul. Beberapa di antaranya langsung mengalami penurunan penjualan. Berbagai usaha kemudian dilakukan untuk meningkatkan penjualan. Namun, beberapa yang lain ternyata justru mengalami kenaikan angka penjualan setelah digoyang gempa.
Gempa bumi di tahun 2006 tersebut, ternyata tidak hanya meninggalkan luka dalam diri para korban. Namun, masyarakat yang tak menjadi korban pun, secara psikologis turut terpengaruh. Semisal, mereka menjadi lebih berhati-hati ketika berada di daerah Selatan. Kemudian, mereka juga lebih banyak berpikir jika ingin memilih rumah di daerah Bantul. Pemikiran-pemikiran seperti inilah yang kemudian menurunkan angka penjualan perumahan di wilayah DIY bagian selatan ini.
PT. Mitra Artista Inter Buana misalanya. Developer yang membangun Perum Griya Fortuna Asri dan Perum Griya Mitra Asri ini, merupakan salah satu developer yang turut merasakan imbas dari gempa bumi tersebut. Perum Griya Fortuna Asri, seudah mulai dipasarkan sejak awal 2006. Ketika bencana gempa menggoyang Bantul, perumahan milik mereka sebenarnya tetap berdiri kokoh. Namun, bencana tersebut rupanya sangat berpengaruh pada angka penjualan mereka. “Hal ini berlangsung selama empat bulan, karena adanya trauma dari masyarakat,” tutur Tony Andriansyah, selaku Manager Administrasi PT. Mitra Artista Inter Buana. Setelah itu, barulah secara pasti angka penjualan mulai menanjak. “Setelah itu justru warga kasongan yang banyak membeli,” ucap Tony.
Pada masa empat bulan tersebut, berbagai usaha dilakukan untuk menarik pembeli. Semisal, melakukan penawaran diskon hingga 15%, serta sistem pembayaran uang muka yang dipermudah. Lebih lanjut Tony memaparkan bahwa potensi pasar sebenarnya dapat tergali. Asalkan tidak berada di daerah yang termaksud rawan gempa (sesar, dll). Meski begitu, tetap saja masyarakat akan menyakan perihal ketahanan rumah akan gempa. Menyikapi hal ini, Tony menjelaskan bahwa pihaknya akan memberikan contoh rumah yang mereka bangun. Dan juga bukti bahwa bangunan tersebut tetap berdiri kokoh meski gempa mengguncang.
Selain PT. MItra Artista Inter Busana, developer lain yang juga merasakan dampak buruk dari gempa bumi tersebut adalah PT. Wardana Putra. Developer ini, mendirikan sebuah kawasan hunian di daerah Bantul dengan nama Bumi Mandiri Wirokerten (BMW). Menurut Hesti, Marketing Manager BMW memaparkan bahwa salah satu akibat dari adanya gempa pada Mei 2006 tersebut adalah terpengaruhnya psikologis konsumen dalam memilih rumah. Hal ini, kemudian turut mempengaruhi tingkat penjualan perumahan ini. Penurunan angka penjualan ini terus berlangsung selama dua bulan. Namun, setelah itu pasar kembali membaik, bahkan angka penjualan mulai menaik. “dan hingga kini pasar tetap bagus,” tambah Hesti.
Pasar yang tetap bagus inilah yang menyebabkan PT.Wardana Putra tetap optimisme untuk tetap bermain di kawasan Selatan. Hal ini tentu saja dibarengi dengan kualitas bangunan yang dijadikan jaminan akan ketahanan rumah. Rumah yang tidak roboh setelah terjadi gempa dijadikan contoh akan kualitas bangunan.
Hesti kemudian memaparkan bahwa Pemerintah Kabupaten Bantul memberi dukungan pertumbuhan pembangunan perumahan dengan mempercepat developer mendapat surat perijinan. “hal ini terkait dengan instruksi yang diberikan secara langsung oleh Bupati Bantul,” tutur Hesti.
Jika Mitra Artista Inter Buana dan Wardana Putra semapat mengalami pengaruh negatif dari gempa bumi, namun hal tersebut tidak terjadi pada beberapa developer lainnya. Dimasindo Group misalnya. Developer yang telah berdiri sejak tahun 1994 ini, telah memiliki tiga perumahan di kawasan Selatan ketika gempa mengguncang. Yakni, Sewon Indah, Puspa Indah, dan Giwang Pratama. Salah satu perumahannya, yakni Sewon Indah terletak di daerah yang mengalami kerusakan cukup parah karena gempa. Namun, meski telah diguncang gempa, rumah-rumah di Sewon Indah tetap berdiri kokoh. “yang terkena hanya pagar saja, namun fisik bangunan tetap utuh dan tidak bermasalah,” tutur Santosa Wibawa, Marketing Executive Dimasindo Group. Padahal pada saat yang sama, bangunan-bangunan di sekitar Sewon Indah banyak yang hancur.
Pasca-gempa bumi, Dimasindo tidak mengalami penurunan angka penjualan. Yang terjadi justru angka penjualan mereka semakin menaik “Sewon Indah yang telah lebih dulu ada sebelum gempa mengguncang jogja, justru menjadi laris,” ujar Santosa.
Dimasindo mencoba menggunakan sistem penjualan a la masyarkat Jawa, yakni gethuk tular. Seorang calon pembeli akan melihat sendiri kualitas bangunan rumah. Kokohnya bangunan inilah yang kemudian dilihat oleh para calon pembeli. “Orang melihat perumahan kami layak dan bagus,” ujar Santosa. Setelah melihat rumah tersebut layak dan bagus, pembeli inilah yang nantinya akan menceritakan kepada orang lain, baik itu saudaranya ataupun koleganya.
Kokohnya bangungan, diakui Santosa sebagai bentuk komitmen yang dimiliki Dimasindo untuk menjaga kepercayaan pembeli dengan sangat. “Konsumen disuruh melihat langsung bagaimana proses pembangunan. Juga kualitas dan standar bangunan,” Imbuh Santosa. Meskipun pembeli berasal dari luar Yogyakarta dan tidak sempat untuk mengawasi pembangunan rumahnya, namun developer ini tidak akan mengurangi standar bangunan. selain itu, legalitas setiap bangunan pun sudah lengkap. Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) dan sertifikat sudah lengkap. “Sebelum ada bangunan, IMB sudah kami selesaikan. Jangan sampai mengecewakan konsumen,” tambah Santosa.
Santosa kemudian juga menuturkan alasan mengapa mereka memilih kawasan Selatan untuk membangunan sebuah wilayah hunian. “kami melihat adanya perkembangan kota ke arah Selatan, Bantul nantinya akan berkembang terus,” ujarnya. Selain itu, diakuinya bahwa persaingan di daerah Utara terlalu tinggi, karena harga tanah yang mahal dan perijinan yang sulit.
Selain Dimasindo Group, ada Juga PT. Cakra Mustika, yakni developer yang juga merasakan naiknya angka penjualan pasca-gempa. Perumahan milik mereka, Sewon Residence, sudah dibangun sejak tahun 2005. Ketika gempa terjadi, sudah berdiri satu rumah contoh, dan dua buah rumah pesanan. Pada awalnya sempat ada rasa kekhawatiran akan kondisi rumah dari pihak Cakra Mustika. Namun, setelah di-check, ternyata tidak terjadi kerusakan serius pada bangunannya. “Hanya genteng-genteng yang bergeseran dan pagar lingkungan sementara yang rubuh,” tutur Valensia Mawar, selaku Manajer Pemasaran Cakra Mustika. Sementara itu, struktur bangunan tidak mengalami kerusakan sama sekali. Padahal, di saat yang sama, rumah-rumah di sekitar Sewon Residence juga rubuh.
Adanya gempa yang menghansurkan kawasan sekitar Sewon Residence, ternyata tidak menyurutkan angka penjualan dari developer ini. “Justru yang terjadi adalah penjualan yang semakin meningkat,” tutur Valensia. Hal ini dikarenakan masyarakat bisa melihat tidak adanya kerusakan yang serius pada Sewon Residence. “bahkan masyarakat sekitar ada juga yang pada akhirnya membeli rumah di sini,” tambah Valensia. Hingga kini, dari 25 rumah yang ditawarkan, sudah sekitar 60% yang terjual. Antusias konsumen inipun kemudian disambut dengan niat baik daripihak Cakra Mustika. Yakni dengan menjual rumah dengan perijinan yang sudah lengkap dan tidak bermasalah.
Valensia pun kemudian menuturkan, bahwa Cakra Mustika memilih kawasan perumahan di daerah Selatan karena harga tanah yang masih murah. “selain itu, lokasi kami dekat dengan kampus, oleh karena itulah kami mencoba di sana,”tuturnya. Menurutnya, Cakra Mustika tetap optims dengan pasar penjualan di daerah Selatan. Banyak konsumen yang sudah tidak lagi terlalu mengkhawatirkan perihal rawan gempa. Biasanya, jika ada konsumen yang memiilki kekhawatiran akan kondisi tersebut, mereka akan diberikan penjelasan mengenai kondisi bangunan rumah pasca-gempa yang baik-baik saja.
Kekhawatiran masyarakat akan kawasan Selatan pasca-gempa merupakan hal yang sangat wajar terjadi. Pembeli akan menjadi lebih teliti serta lebih bawel dalam memilih rumah. Namun, hal tersebut tentu saja dapat diatasi. Memberikan keyakinan pada calon pembeli bahwa bangunan yang berdiri sesuai standar yang berlaku, akan lebih tahan terhadap gempa. Hal ini tentu saja harus dibarengi dengan kejujuran dari para developer dalam membangun perumahan. Sehingga konsumen yang sudah mulai yakin pun tidak merasa dibohongi.
Gempa yang meratakan Bantul pun hendaknya tidak menjadi alasan bagi para developer untuk berhenti membangun kawasan hunian di daerah tersebut. Bantul harus bangkit, dan mulai berbenah diri. Para developer pun dapat turut mendukung usaha tersebut dengan mengembangkan Bantul sebagai sebuah kawasan hunian yang nyaman. Hal inilah yang kemudian dicoba oleh PT. Kreasicipta Bukitsari dengan membanguna sebuah kawasan hunian di daerah Gunung Sempu.
Adanya gempa yang pernah melanda kawasan Bantul, ternyata tidak membuat developer ini gentar untuk membuat sebuah kawasan hunian baru, yakni Villa Bukit Asri. Perumahan yang mengusung tema ‘Hunian senyaman villa bernuansa alam perbukitan ini’ berdiri di atas lahan seluas 6,5ha. Dan penjualannya di bagi menjadi tiga tahap.
Salah satu alasan mengapa developer ini mencoba membangun perumahan di kawasan Selatan dikarenakan keinginan dari pihak mereka untuk turut mengembangkan Bantul. “Kami mencoba mendukung program Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul tentang Bantul sebagai kota mandiri,” tutur Witjaksono, selaku…… Kreasicipta Bukitsari. Usaha untuk mendukung tersebut, salah satunya dengan membangun perumahan di areal pendukung Kota Bantul.
Witjaksono kemudian memaparkan bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan dengan membangun perumahan di daerah Selatan. Terlebih lagi, lokasi Villa Bukit Asri memiliki kondisi tanah yang tidak terlalu beresiko di goyang gempa. “Sudah ada contohnya, Gedung Diklat DIY dan juga perumahan di daerah Sempu lainnya, yang berada di dekat lokasi kami, tidak hancur setelah gempa melanda,” jelasnya.
Namun, tetap saja, akan selalu ada konsumen yang lebih banyak bertanya-tanya mengenai kondisi perumahan tersebut berkaitan rawan atau tidaknya perumahan tersebut terhadap bencana. Salah satu cara untuk meyakinkan konsumen akan keamanan di daerah tersebut adalah dengan menunjukkan lokasi serta kondisi tanah. “Setelah melihat dengan mata kepala sendiri, biasanya mereka langsung memantapkan diri untuk memilih di sana,” ujar Witjaksono.
Issue mengenai gempa tentu saja menjadi sebuah tantangan bagi pihak Kreasicipta Bukitsari dalam melakukan pemasaran. Namun, dengan adanya contoh yang dapat membuktikan keamanan lokasi, developer ini tentu saja dapat meyakinkan pembeli. Hal ini kemudian dapat terlihat, pada tahap pertama penjualan, setidaknya sudah 40% yang laku terjual. Witjaksono kemudian juga memaparkan, bahwa ketika ada isu tsunami, lokasi tempat perumahnnya berdiri dijadikan tempat mengungsi. Karena, dianggap sebagai salah satu kawasan yang aman.
Target pasar dari developer ini adalah masyarakat dari semua kalangan. Oleh karena itulah, mereka mencoba menyediakan rumah dengan beragam tipe. Menurut Witjaksono, hal ini dikarenakan rumah merupakan kebutuhan bagi setiap kalangan. Oleh karena itulah, pihaknya mencoba memfasilitasi hal tersebut. Selain itu, perumahan ini pun mengusung konsep desain klasik yang peka jaman. “dalam perubahan trend yang terjadi, apapun bentuk rumah yang sedang populer, rumah ini akan tetap indah,” tutur Witjaksono menjelaskan konsep peka jaman yang mereka usung tersebut. Meski begitu, Ia tidak menutup kemungkinan jika ada calon konsumen yang memiliki permintaan-permintaan tertentu terhadap desain rumah. Hal ini dapat dikompromikan. Namun, menurutnya banyak konsumen yang mengikuti ide yang dikeluarkan oleh pihaknya. “Tetapi semua itu bergantung pada keinginan konsumen,” ucapnya tegas.
Dukungan dari pemerintah, cukup dirasakan oleh developer ini. Daerah Sempu memiliki kandungan kapur yang tinggi. Sehingga tidak mungkin menggunakan air tanah. Oleh karena itu, salah satu kemudahan yang diberikan oleh pemerintah adalah penyediaan air PDAM. Dengan hadirnya PDAM ini, tentu saja masalah air pun dapat terselesaikan.
Dua tahun gempa berselang, ternyata tidak menyurutkan detak Bantul untuk terus berkembang. Hal ini tentu saja merupakan hasil bahu-membahu antara pemerintah, masyarakat, dan pihak swasta. Trauma masyarakat yang secara perlahan tapi pasti sudah hilang. Pengetahuan akan rumah tahan gempa dapat terjadi karena bangunan menggunakan standar yang layak, membuat masyarakat merasa aman untuk memiliki rumah di kawasan ini. Namun, tentu saja mereka harus tetap jeli untuk memilih rumah yang layak dan aman huni. Hal ini kemudian di dukung oleh para developer yang berlaga di Bantul dengan membangun perumahan yang sesuai dengan standar kelayakan dan keamanan. Tentu saja, Pemkab pun juga harus turut mendukung. Dengan mempermudah perijinan, namun tidak mengendurkan pengawasan terhadap perumahan-perumahan tersebut. [ides]

Majalah Rumah Jogja Edisi 13

Selasa, 15 Juli 2008

Majalah Rumah Jogja Edisi 14

Labirin Kemewahan

Bentuk rumah itu sederhana. Dengan satu pintu di tengah dan dua jendela di kanan kirinya. Atapnya yang mengadopsi morfologi bangun ruang limas menjadi puncak dari sebuah menara kesederhanaan. Rumah ini tampak begitu nyata dalam imajinasi saya sewaktu mengenyam pendidikan di bangku Sekolah Dasar. Di masa itu, mata pelajaran menggambar menjadi favorit hampir semua murid Sekolah Dasar. Apa yang digambar? Sudah bisa ditebak, dua buah gunung tinggi menjulang dengan matahari berwarna kuning di sela-selanya. Jalan berkelok nan panjang merentang dari kaki bukit hingga ke lembah, melewati persawahan dan juga rumah penduduk. Rumah itu tergambar persis seperti yang tumbuh dalam benak saya. Sebuah tipologi rumah yang sederhana dan tumbuh subur di pedesaan Jawa hingga pertengahan tahun 90-an. Sekarang rumah limasan jumlahnya tak banyak lagi ditemui. Rumah dengan gaya mediteran, tropis atau yang terbaru adalah minimalis modern, tumbuh subur bak cendawan di musim hujan. Ternyata, rumah-rumah juga turut berganti gaya laiknya industri fashion yang akan terus berubah.

Siklis adalah kata yang tepat untuk menggambarkan pola perputaran gaya arsitektur rumah. Gaya arsitektur rumah yang terus berubah dapat diartikan sebagai pengejawantahan keinginan manusia yang senantiasa berubah. Sebuah gaya yang dominan dan dianggap mewakili selera pasar dengan cepat akan menjadi kecenderungan atau tren. Tengoklah pada periode awal tahun 2000-an, gaya mediteran menjadi idola yang selalu dipuja-puja. Masuk ke tahun 2005 hingga sekarang, gaya minimalis modern menggeser kejayaan gaya mediteran. Begitulah, yang namanya gaya akan selalu berubah.

Tidak semua gaya dapat diterapkan dalam semua jenis rumah. Sekadar contohnya adalah rumah dengan tipe 36. Desain rumah mungil seperti ini akan terlihat ganjil jika didandani menggunakan gaya mediteran. Akan tetapi, jika rumah tersebut bertipe 250, maka akan lain ceritanya. Rumah tersebut justru akan tampak megah dan cantik dengan dandanan gaya mediteran. Rumah-rumah cantik nan megah dan berada di kawasan elit seperti inilah yang akan menjadi suguhan utama Rumah Jogja bulan ini. Jangan lupa juga untuk menikmati sajian lain sebagai pelengkap dalam paket komplit Rumah Jogja edisi Juli.

Bale Hinggil, Taman Palagan Asri, Merapi Regency, Griya Mahkota, Casa Grande, Yogya Residence, dan Villa Permata Jingga. Apa yang terlintas di benak anda ketika nama-nama perumahan ini muncul? Dari sepuluh orang yang sempat dimintai pendapatnya perihal perumahan ini, enam diantaranya menjawab “mewah”, sedangkan sisanya menyebut “mahal” sebagai kata yang paling pas. Memang bukan sebuah polling yang serius, tetapi cukup memberikan gambaran awal tentang rumah mewah tanpa harus meributkan definisi yang sebenarnya. Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum, dan Menteri Perumahan Rakyat pada tahun 1992, telah membuat kesepakatan bersama mengenai definisi rumah mewah. Rumah mewah adalah rumah yang dibangun di atas tanah dengan luas kaveling antara 600 m²-1200 m² dengan biaya pembangunan per m² di atas harga satuan per m² tertinggi untuk pembangunan perumahan dinas kelas A yang berlaku (lihat www.pu.go.id).

Definisi di atas memberikan batasan yang cukup jelas perihal tergolong mewah atau tidaknya sebuah perumahan. Namun, berdasarkan sepuluh orang yang diminta pendapatnya oleh Rumah Jogja, mereka tidak begitu mempermasalahkan batasan yang muncul dalam definisi rumah mewah versi pemerintah. “Yang saya tahu, kalau saya lewat di depan Bale Agung atau Casa Grande, misalnya, saya langsung menyebutnya sebagai rumah mewah,” ujar Nunik, seorang mahasiswa PTN di Yogyakarta. “Rumah mewah itu rumah yang besar, mahal, dan ada di sebuah kawasan yang elit dan tertata rapi,” tutur Fatma, seorang responden Rumah Jogja. “Umumnya, tanda yang paling menonjol dari rumah mewah adalah tingkat kenyamanan yang tinggi, keamanan, baru setelah itu kualitas,” Widi dari Taman Palagan Asri mencoba menerangkan ciri dari rumah mewah.

Pendapat yang dilontarkan dua responden Rumah Jogja tersebut cukup beralasan. Setiap rumah mampu memunculkan kesan atau pencitraan. Merujuk pendapat Nunik, kesan tersebut dapat muncul begitu saja. Sedangkan pendapat yang dilontarkan Fatma jauh lebih definitif dan sistematis. Pendapat ketiga, dilontarkan Widi dari Taman Palagan Asri, merupakan ciri-ciri rumah mewah yang tidak bisa dilihat langsung. Kesan nyaman dan aman baru muncul saat seseorang tinggal ataupun masuk ke dalam rumah tersebut.

Salah satu unsur yang sempat diucapkan oleh Fatma adalah “kawasan yang elit” dan “tertata rapi”. Apakah sebenarnya kawasan elit itu? Lokasi-lokasi yang dipilih untuk dikembangkan menjadi sebuah kawasan hunian biasanya mempertimbangkan faktor sebagai berikut: memiliki daya jangkau yang mudah terhadap jalan raya dan juga dekat dengan pusat pendidikan yang juga berperan sebagai pusat perekonomian (lihat penjelasan edisi bulan Juni tentang perumahan dekat kampus-red). “Lokasi seperti itulah yang disebut sebagai kawasan premium atau elit,” terang Jeffri dari Yogya Residence. “Ketika sebuah rumah berdiri di atas lokasi yang premium, maka nilai jualnya juga akan semakin tinggi,” masih lanjut Jeffri.

Hampir semua pengembang yang dijumpai oleh Rumah Jogja mengaku sangat peduli dengan masalah pengelolaan kawasan. “Kami ingin menciptakan satu kawasan yang sinergis, rapi dan konsep kawasannya tetap terjaga,” ujar Widi dari Taman Palagan Asri. Kawasan yang terkonsep dengan jelas dianggap mampu mengatrol nilai jual sebuah perumahan. Merujuk pendapat Widi, pihaknya tidak mengijinkan konsumen mengganti bagian depan rumah, baik cat maupun aksesoris, karena akan mengganggu konsep kawasan yang telah diciptakan. “Akan terlihat sangat aneh, kalau tiba-tiba di perumahan yang kita buat ada rumah bercat biru, sementara yang lain berwarna coklat,” lanjut Widi.

Lokasi adalah embrio dari penciptaan konsep kawasan sebuah perumahan. Faktor lokasilah yang menentukan konsep hunian maupun kawasan yang hendak dibangun. Jika seorang pengembang mendapatkan lahan yang berada tepat dipinggir jalan raya, maka konsep kawasannya akan berbeda dengan perumahan yang lokasinya jauh dari jalan raya. “Karena perumahan kita berada di tengah kota, akan sulit untuk mendapatkan lahan yang luas. Oleh karena itu, kita bikin konsep cluster, di mana jumlah rumahnya hanya sedikit. Yogya Residence sendiri hanya terdiri dari delapan unit rumah,” papar Jeffri. Lain lagi dengan perumahan Merapi Regency. Dengan tanah yang cukup luas, 3,5 hektar, perusahaan pengembang ini mampu membangun hingga 122 unit rumah dengan berbagai macam tipe. Lokasi Merapi Regency yang strategis, yaitu di Jalan Kaliurang, menjadi nilai tambah. “Lokasinya tidak terlalu dekat dan terlalu jauh dari kota, sehingga memudahkan akses bagi penghuninya,” papar Bambang Sudarmanto, direktur utama PT. Sarwo Indah. Dekatnya dengan Universitas juga menjadi pertimbangan yang serius dari pihak konsumen. Karena itulah, lokasi perumahan ini, diletakan berada di antara Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Islam Indonesia (UII). “Istilahnya sangat strategis, sangat berbeda dengan daerah Bantul. Karena kami membuatnya dekat dengan universitas dan tidak terlalu jauh juga untuk ke kota,” paparnya. Pemilihan lokasi seperti yang dilakukan oleh PT. Sarwo Indah sekaligus memberikan gambaran sasaran konsumen seperti apa yang hendak dibidik menjadi target penjualan. “Kami membidik konsumen dari luar Jawa, seperti Kalimantan dan Sumatera, yang anak-anaknya berkuliah di Jogja.

Dengan meletakkan Merapi Regency di lokasi yang sangat strategis seperti itu, pihak PT Sarwo Indah mendapatkan respon yang bagus dari konsumen. Hal ini terlihat ketika mereka melakukan pameran di beberapa tempat seperti, Surabaya, Jakarta, Balikpapan, dan Timika. “Tidak ada tanggapan konsumen yang mengatakan lokasi kami kurang bagus, dan mereka selalu berkomentar bahwa pemandangannya sangat menarik,” urai Bambang Sudarmanto merangkum pendapat konsumennya. Selain itu, tanggapan baik tersebut juga terlihat dari jumlah penjualan Merapi Regency. Dari 122 kavling yang ditawarkan, sudah 70% yang terjual. Tak heran jika PT. Sarwo Indah menuai sukses besar dengan produk perumahannya kali ini, karena fasilitas yang ditawarkan juga sangat lengkap. “Kami adalah perumahan multimedia pertama di Yogyakarta. Ada internet yang bisa diakses selama 24 jam,” terang Bambang. Merangkum pendapat Bambang, Merapi Regency sengaja diperuntukkan bagi konsumen yang mengidamkan hunian mewah berharga terjangkau dengan pengelolaan kawasan yang baik, dan juga haus akan kebutuhan teknologi. Semua fasilitas online yang ditawarkan, bahkan belanja online dan yang sedang dikerjakan adalah program reservasi tiket online, adalah sarana bagi konsumen yang mengagungkan efisiensi waktu dan kepraktisan.

Lain lagi dengan Formula Land, perusahaan yang telah sukses memproduksi perumahan mewah Bale Agung ini, baru saja meluncurkan produk terbarunya , yaitu Bale Hinggil. Perumahan yang di bangun di atas tanah seluas 4 Ha ini, menawarkan rumah-rumah besar yang sarat fasilitas. Dengan memakai perbandingan luas keseluruhan bangunan dengan fasum (fasilitas umum) sebesar 50:50, maka tidak diragukan lagi bahwa calon penghuni perumahan ini akan sangat dimanjakan dengan berbagai fasilitas. “Kami mengorbankan banyak tanah untuk sarana fasilitas tak lain untuk kepuasan konsumen,” ujar Hamdani. Selain itu, Formula Land juga menambahkan central generator yang memiliki daya 4400 watt. “Dengan tambahan central generator yang ada, kami bisa menjamin bahwa kendala penghuni yang disebabkan oleh padamnya aliran listrik dapat diminimalisir, “ imbuh Hamdani. Berkat fasilitas “anti mati listrik” inilah, Bale Hinggil didapuk sebagai perumahan pertama di Yogyakarta yang memiliki pembangkit listrik sendiri.

Jeffri, marketing manager dari Yogya Residence memilki pendapat sendiri mengenai perumahan yang sedang dipasarkannya. “Terus terang kami bukan menjual fasilitas. Fasilitas diberikan agar bisa menjadi daya tarik konsumen. Daya tarik kami bukan pada fasilitas, tapi pada faktor lokasi yang berada di tengah kota. Akses ke semua tempat begitu mudah. Sangat dekat dengan pusat pendidikan,” papar Jeffri. Mencatat pendapat Jeffri, bahwa secara keseluruhan lahan yang dia dapatkan tidak terlalu luas. “Mau bikin lapangan tenis, belum tentu semua penghuni suka tenis. Mau bikin kolam renang, wong penghuninya juga cuma delapan rumah. Justru memberikan fasiltas seperti ini dirasakan tidak efisien. Biaya perawatannya besar dan belum tentu juga digunakan,” papar Jeffri. Masih menurut Jeffri, “kebutuhan rumah mewah itu biasanya bukan sebagai rumah utama. Mungkin rumah kedua atau ketiga, bahkan keempat. Artinya, rumah mewah tidak hanya sebagai rumah tinggal, tapi juga tempat beristirahat. Saya ingin konsumen saya hanya memikirkan bagaimana bisa beristirahat dengan tenang tanpa gangguan.” Aspek keterjangkauan yang mudah dinilai oleh pihak Yogya Residence sebagai fasilitas non alat yang patut dipertimbangkan oleh konsumen.

Suasana yang berbeda dapat anda rasakan ketika memasuki kawasan perumahan Casa Grande yang terletak di Jalan Solo. Atmosfernya serasa membawa kita ke sebuah distrik di negara Spanyol. Perumahan yang mengadopsi gaya Spanyol dengan perpaduan vegetasi yang apik dan cukup nyegerke, menyegarkan, mata siapaun yang memasuki kawasan hunian tersebut. Casa Grande termasuk perumahan yang pertama kali memakai gaya arsitektur Spanyol-an di kota Yogyakarta. Mulai berdiri sekitar tahun 2003, hingga saat ini Casa Grande telah menjelma menjadi hunian yang berciri-khas dan tertata-rapi. Perumahan ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas, seperti club house, kolam renang, play ground untuk anak-anak dan sebagainya. Akan tetapi, ada kekhasan yang lain dari perumahan ini. “Warga Casa Grande kemarin sudah ikut pemilihan dukuh di daerah sini lho,” terang Indra sambil berseloroh. “Kami memfasilitasi warga perumahan yang ingin mengurus KTP atau surat-surat kelengakapan yang lain. Kami tidak ingin warga menjadi kebingungan, “saya ini ikut RT mana?””, tutur Indra menirukan pendapat warga perumahannya. Satu yang perlu dicatat, bahwa hal-hal yang sifatnya masih sangat ngguyub seperti ini jarang ditemui di perumahan lain. Kebanyakan rumah mewah menjual privacy bagi warganya tanpa merasa harus direpotkan bersosialisasi dengan penghuni perumahan yang lain. Padahal, jenis relasi sosial yang, walaupun terlihat sepele, seperti di Casa Grande, justru membuat hunian semakin terasa hidup. Tidak hanya mewah dan berfasilitas lengkap, namun keramahan dan kehangatan hubungan sosial, bahkan dengan warga di luar perumahan, juga ditawarkan di perumahan bergaya Spanyol ini. Kondisi seperti ini membuat Casa Grande terasa lebih humanis, meskipun tetap berbalut dengan kemewahan. Hal ini hampir serupa dengan pengelolaan kawasan di Taman Palagan Asri. “Kami memikirkan tentang keberadaan Taman Palagan Asri dengan lingkungan sekitar. HIngga saat ini kami masih menjaga hubungan baik dengan masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan perumahan kami,” tutur Widi.

Griya Mahkota justru terlihat nyentrik dengan pengelolaan perumahannya. Konsumen yang membeli rumah di pengembang Trikarsa Nusantara dapat dengan leluasa menentukan seberapa besar lahan dan rumah yang diimpikan disesuaikan dengan anggaran yang dipunyai. Dan lagi, setiap konsumen bebas membuat desain rumah seperti yang dicita-citakan tanpa merasa harus was-was jika tampak tidak sergam dengan yang lain. “Konsumen kita bukanlah anak sekolah yang masih harus pakai seragam,” papar Titik dari Trikarsa Nusantara. “Mereka bebas mendesain rumah seperti apa yang ingin dibuat. Lha wong mereka, konsumen, bayar biar bisa bikin rumah yang dicita-citakan, kita tidak perlu membatasi kreativitasnya. Rumah kan sifatnya personal,” lanjut Titik. Konsep kawasan di Griya Mahkota memang benar-benar berbeda dengan perumahan yang lain. Anda akan menjumpai rumah kecil dan sejuk dengan bangunan satu lantai berdampingan mesra dengan rumah dua lantai bergaya modern minimalis. Sebuah pemandangan yang unik. Belum lagi sebuah rumah yang dibangun di atas empat kavling, sehingga bentuknya yang mengadopsi gaya Jawa tampak paling menonjol di antara yang lain. Griya Mahkota menjadi miniatur keberagaman yang tidak membosankan untuk dilihat. Bagaimana dengan fasilitas? Griya mahkota memiliki club house yang luas berpadu dengan kolam renang berlantai batu yang unik. Satu hal yang cukup fantastis adalah, perumahan ini dilengkapi dengan danau buatan yang cukup besar. Baik penghuni maupun non penghuni bisa memanfaatkan fasilitas ini. Danau buatan dan club house ini sengaja dibuat untuk menarik minat pembeli. “Konsumen sudah bayar mahal buat beli rumah di sini. Lalu apa yang bisa kami berikan? Ya, fasilitas ini. Fasilitas yang sudah sekelas dengan hotel berbintang lima,” ujar Titik.

Setiap pengembang memiliki cara masing-masing untuk menarik pelanggan. Pemberian fasilitas yang lengkap pada sebuah wilayah hunian secara tidak langsung menciptakan konsep kawasan hunian terpadu. Semua fasilitas ada, jika tidak bermodal fasilitis jaminannya adalah kemudahan menjangkau sarana tersebut di luar lingkungan perumahan. Sekadar contoh adalah Taman palagan Asri yang tidak menyediakan fasilitas di dalam kompleks perumahannya, akan tetapi pengembang ini bekerjasama dengan Hotel Hyatt sebagai partner. Penghuni Taman Palagan Asri dapat mengakses fasilitas yang ada di Hotel Hyatt tanpa dipungut biaya. Kawasan terpadu yang dikembangkan oleh pengembang, contohnya adalah oleh Merapi Regency, Bale Hinggil, Casa Grande, Griya Mahkota, Taman Palagan Asri. Kawasan terpadu dinilai sebagai jawaban yang paling tepat untuk menjawab tentang permasalah efisiensi waktu. Perumahan-perumahan mewah berfasilitas seperti ini memang segementasinya untuk masyarakat kelas menengah ke atas, yang memang memiliki tingkat mobilitas cukup tinggi. Efisiensi waktu jelas sangat dibutuhkan. Sarana olahraga yang berpadu dengan fasilitas relaksasi, seperti café dan spa, pertokoan, dan teknologi informasi yang cukup maju menjadi pengikat seolah-olah konsumen tidak perlu kemana-mana lagi untuk mencukupi kebutuhannya. Kawasan rumah mewah menjelma menjadi sebuah kota kecil yang beraktivitas laiknya kota-kota pada umumnya. (nanda)