Sabtu, 19 Juli 2008

Majalah Rumah Jogja Edisi 12


Geliat Bantul, Dua Tahun Pasca-Gempa

Sekira dua tahun lalu, tepatnya pada 27 Mei 2006, sebuah gempa menguncang Yogyakarta dan daerah sekitarnya. Dengan kekuatan 5,9 SR pada dini hari dapat membuat beberapa daerah hancur seketika. Salah satu daerah yang menjadi korban gempa terparah adalah Kabupaten Bantul.
Terjadinya bencana alam ini, tentunya turut mempengaruhi pasar perumahan di daerah Bantul. Beberapa di antaranya langsung mengalami penurunan penjualan. Berbagai usaha kemudian dilakukan untuk meningkatkan penjualan. Namun, beberapa yang lain ternyata justru mengalami kenaikan angka penjualan setelah digoyang gempa.
Gempa bumi di tahun 2006 tersebut, ternyata tidak hanya meninggalkan luka dalam diri para korban. Namun, masyarakat yang tak menjadi korban pun, secara psikologis turut terpengaruh. Semisal, mereka menjadi lebih berhati-hati ketika berada di daerah Selatan. Kemudian, mereka juga lebih banyak berpikir jika ingin memilih rumah di daerah Bantul. Pemikiran-pemikiran seperti inilah yang kemudian menurunkan angka penjualan perumahan di wilayah DIY bagian selatan ini.
PT. Mitra Artista Inter Buana misalanya. Developer yang membangun Perum Griya Fortuna Asri dan Perum Griya Mitra Asri ini, merupakan salah satu developer yang turut merasakan imbas dari gempa bumi tersebut. Perum Griya Fortuna Asri, seudah mulai dipasarkan sejak awal 2006. Ketika bencana gempa menggoyang Bantul, perumahan milik mereka sebenarnya tetap berdiri kokoh. Namun, bencana tersebut rupanya sangat berpengaruh pada angka penjualan mereka. “Hal ini berlangsung selama empat bulan, karena adanya trauma dari masyarakat,” tutur Tony Andriansyah, selaku Manager Administrasi PT. Mitra Artista Inter Buana. Setelah itu, barulah secara pasti angka penjualan mulai menanjak. “Setelah itu justru warga kasongan yang banyak membeli,” ucap Tony.
Pada masa empat bulan tersebut, berbagai usaha dilakukan untuk menarik pembeli. Semisal, melakukan penawaran diskon hingga 15%, serta sistem pembayaran uang muka yang dipermudah. Lebih lanjut Tony memaparkan bahwa potensi pasar sebenarnya dapat tergali. Asalkan tidak berada di daerah yang termaksud rawan gempa (sesar, dll). Meski begitu, tetap saja masyarakat akan menyakan perihal ketahanan rumah akan gempa. Menyikapi hal ini, Tony menjelaskan bahwa pihaknya akan memberikan contoh rumah yang mereka bangun. Dan juga bukti bahwa bangunan tersebut tetap berdiri kokoh meski gempa mengguncang.
Selain PT. MItra Artista Inter Busana, developer lain yang juga merasakan dampak buruk dari gempa bumi tersebut adalah PT. Wardana Putra. Developer ini, mendirikan sebuah kawasan hunian di daerah Bantul dengan nama Bumi Mandiri Wirokerten (BMW). Menurut Hesti, Marketing Manager BMW memaparkan bahwa salah satu akibat dari adanya gempa pada Mei 2006 tersebut adalah terpengaruhnya psikologis konsumen dalam memilih rumah. Hal ini, kemudian turut mempengaruhi tingkat penjualan perumahan ini. Penurunan angka penjualan ini terus berlangsung selama dua bulan. Namun, setelah itu pasar kembali membaik, bahkan angka penjualan mulai menaik. “dan hingga kini pasar tetap bagus,” tambah Hesti.
Pasar yang tetap bagus inilah yang menyebabkan PT.Wardana Putra tetap optimisme untuk tetap bermain di kawasan Selatan. Hal ini tentu saja dibarengi dengan kualitas bangunan yang dijadikan jaminan akan ketahanan rumah. Rumah yang tidak roboh setelah terjadi gempa dijadikan contoh akan kualitas bangunan.
Hesti kemudian memaparkan bahwa Pemerintah Kabupaten Bantul memberi dukungan pertumbuhan pembangunan perumahan dengan mempercepat developer mendapat surat perijinan. “hal ini terkait dengan instruksi yang diberikan secara langsung oleh Bupati Bantul,” tutur Hesti.
Jika Mitra Artista Inter Buana dan Wardana Putra semapat mengalami pengaruh negatif dari gempa bumi, namun hal tersebut tidak terjadi pada beberapa developer lainnya. Dimasindo Group misalnya. Developer yang telah berdiri sejak tahun 1994 ini, telah memiliki tiga perumahan di kawasan Selatan ketika gempa mengguncang. Yakni, Sewon Indah, Puspa Indah, dan Giwang Pratama. Salah satu perumahannya, yakni Sewon Indah terletak di daerah yang mengalami kerusakan cukup parah karena gempa. Namun, meski telah diguncang gempa, rumah-rumah di Sewon Indah tetap berdiri kokoh. “yang terkena hanya pagar saja, namun fisik bangunan tetap utuh dan tidak bermasalah,” tutur Santosa Wibawa, Marketing Executive Dimasindo Group. Padahal pada saat yang sama, bangunan-bangunan di sekitar Sewon Indah banyak yang hancur.
Pasca-gempa bumi, Dimasindo tidak mengalami penurunan angka penjualan. Yang terjadi justru angka penjualan mereka semakin menaik “Sewon Indah yang telah lebih dulu ada sebelum gempa mengguncang jogja, justru menjadi laris,” ujar Santosa.
Dimasindo mencoba menggunakan sistem penjualan a la masyarkat Jawa, yakni gethuk tular. Seorang calon pembeli akan melihat sendiri kualitas bangunan rumah. Kokohnya bangunan inilah yang kemudian dilihat oleh para calon pembeli. “Orang melihat perumahan kami layak dan bagus,” ujar Santosa. Setelah melihat rumah tersebut layak dan bagus, pembeli inilah yang nantinya akan menceritakan kepada orang lain, baik itu saudaranya ataupun koleganya.
Kokohnya bangungan, diakui Santosa sebagai bentuk komitmen yang dimiliki Dimasindo untuk menjaga kepercayaan pembeli dengan sangat. “Konsumen disuruh melihat langsung bagaimana proses pembangunan. Juga kualitas dan standar bangunan,” Imbuh Santosa. Meskipun pembeli berasal dari luar Yogyakarta dan tidak sempat untuk mengawasi pembangunan rumahnya, namun developer ini tidak akan mengurangi standar bangunan. selain itu, legalitas setiap bangunan pun sudah lengkap. Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) dan sertifikat sudah lengkap. “Sebelum ada bangunan, IMB sudah kami selesaikan. Jangan sampai mengecewakan konsumen,” tambah Santosa.
Santosa kemudian juga menuturkan alasan mengapa mereka memilih kawasan Selatan untuk membangunan sebuah wilayah hunian. “kami melihat adanya perkembangan kota ke arah Selatan, Bantul nantinya akan berkembang terus,” ujarnya. Selain itu, diakuinya bahwa persaingan di daerah Utara terlalu tinggi, karena harga tanah yang mahal dan perijinan yang sulit.
Selain Dimasindo Group, ada Juga PT. Cakra Mustika, yakni developer yang juga merasakan naiknya angka penjualan pasca-gempa. Perumahan milik mereka, Sewon Residence, sudah dibangun sejak tahun 2005. Ketika gempa terjadi, sudah berdiri satu rumah contoh, dan dua buah rumah pesanan. Pada awalnya sempat ada rasa kekhawatiran akan kondisi rumah dari pihak Cakra Mustika. Namun, setelah di-check, ternyata tidak terjadi kerusakan serius pada bangunannya. “Hanya genteng-genteng yang bergeseran dan pagar lingkungan sementara yang rubuh,” tutur Valensia Mawar, selaku Manajer Pemasaran Cakra Mustika. Sementara itu, struktur bangunan tidak mengalami kerusakan sama sekali. Padahal, di saat yang sama, rumah-rumah di sekitar Sewon Residence juga rubuh.
Adanya gempa yang menghansurkan kawasan sekitar Sewon Residence, ternyata tidak menyurutkan angka penjualan dari developer ini. “Justru yang terjadi adalah penjualan yang semakin meningkat,” tutur Valensia. Hal ini dikarenakan masyarakat bisa melihat tidak adanya kerusakan yang serius pada Sewon Residence. “bahkan masyarakat sekitar ada juga yang pada akhirnya membeli rumah di sini,” tambah Valensia. Hingga kini, dari 25 rumah yang ditawarkan, sudah sekitar 60% yang terjual. Antusias konsumen inipun kemudian disambut dengan niat baik daripihak Cakra Mustika. Yakni dengan menjual rumah dengan perijinan yang sudah lengkap dan tidak bermasalah.
Valensia pun kemudian menuturkan, bahwa Cakra Mustika memilih kawasan perumahan di daerah Selatan karena harga tanah yang masih murah. “selain itu, lokasi kami dekat dengan kampus, oleh karena itulah kami mencoba di sana,”tuturnya. Menurutnya, Cakra Mustika tetap optims dengan pasar penjualan di daerah Selatan. Banyak konsumen yang sudah tidak lagi terlalu mengkhawatirkan perihal rawan gempa. Biasanya, jika ada konsumen yang memiilki kekhawatiran akan kondisi tersebut, mereka akan diberikan penjelasan mengenai kondisi bangunan rumah pasca-gempa yang baik-baik saja.
Kekhawatiran masyarakat akan kawasan Selatan pasca-gempa merupakan hal yang sangat wajar terjadi. Pembeli akan menjadi lebih teliti serta lebih bawel dalam memilih rumah. Namun, hal tersebut tentu saja dapat diatasi. Memberikan keyakinan pada calon pembeli bahwa bangunan yang berdiri sesuai standar yang berlaku, akan lebih tahan terhadap gempa. Hal ini tentu saja harus dibarengi dengan kejujuran dari para developer dalam membangun perumahan. Sehingga konsumen yang sudah mulai yakin pun tidak merasa dibohongi.
Gempa yang meratakan Bantul pun hendaknya tidak menjadi alasan bagi para developer untuk berhenti membangun kawasan hunian di daerah tersebut. Bantul harus bangkit, dan mulai berbenah diri. Para developer pun dapat turut mendukung usaha tersebut dengan mengembangkan Bantul sebagai sebuah kawasan hunian yang nyaman. Hal inilah yang kemudian dicoba oleh PT. Kreasicipta Bukitsari dengan membanguna sebuah kawasan hunian di daerah Gunung Sempu.
Adanya gempa yang pernah melanda kawasan Bantul, ternyata tidak membuat developer ini gentar untuk membuat sebuah kawasan hunian baru, yakni Villa Bukit Asri. Perumahan yang mengusung tema ‘Hunian senyaman villa bernuansa alam perbukitan ini’ berdiri di atas lahan seluas 6,5ha. Dan penjualannya di bagi menjadi tiga tahap.
Salah satu alasan mengapa developer ini mencoba membangun perumahan di kawasan Selatan dikarenakan keinginan dari pihak mereka untuk turut mengembangkan Bantul. “Kami mencoba mendukung program Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul tentang Bantul sebagai kota mandiri,” tutur Witjaksono, selaku…… Kreasicipta Bukitsari. Usaha untuk mendukung tersebut, salah satunya dengan membangun perumahan di areal pendukung Kota Bantul.
Witjaksono kemudian memaparkan bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan dengan membangun perumahan di daerah Selatan. Terlebih lagi, lokasi Villa Bukit Asri memiliki kondisi tanah yang tidak terlalu beresiko di goyang gempa. “Sudah ada contohnya, Gedung Diklat DIY dan juga perumahan di daerah Sempu lainnya, yang berada di dekat lokasi kami, tidak hancur setelah gempa melanda,” jelasnya.
Namun, tetap saja, akan selalu ada konsumen yang lebih banyak bertanya-tanya mengenai kondisi perumahan tersebut berkaitan rawan atau tidaknya perumahan tersebut terhadap bencana. Salah satu cara untuk meyakinkan konsumen akan keamanan di daerah tersebut adalah dengan menunjukkan lokasi serta kondisi tanah. “Setelah melihat dengan mata kepala sendiri, biasanya mereka langsung memantapkan diri untuk memilih di sana,” ujar Witjaksono.
Issue mengenai gempa tentu saja menjadi sebuah tantangan bagi pihak Kreasicipta Bukitsari dalam melakukan pemasaran. Namun, dengan adanya contoh yang dapat membuktikan keamanan lokasi, developer ini tentu saja dapat meyakinkan pembeli. Hal ini kemudian dapat terlihat, pada tahap pertama penjualan, setidaknya sudah 40% yang laku terjual. Witjaksono kemudian juga memaparkan, bahwa ketika ada isu tsunami, lokasi tempat perumahnnya berdiri dijadikan tempat mengungsi. Karena, dianggap sebagai salah satu kawasan yang aman.
Target pasar dari developer ini adalah masyarakat dari semua kalangan. Oleh karena itulah, mereka mencoba menyediakan rumah dengan beragam tipe. Menurut Witjaksono, hal ini dikarenakan rumah merupakan kebutuhan bagi setiap kalangan. Oleh karena itulah, pihaknya mencoba memfasilitasi hal tersebut. Selain itu, perumahan ini pun mengusung konsep desain klasik yang peka jaman. “dalam perubahan trend yang terjadi, apapun bentuk rumah yang sedang populer, rumah ini akan tetap indah,” tutur Witjaksono menjelaskan konsep peka jaman yang mereka usung tersebut. Meski begitu, Ia tidak menutup kemungkinan jika ada calon konsumen yang memiliki permintaan-permintaan tertentu terhadap desain rumah. Hal ini dapat dikompromikan. Namun, menurutnya banyak konsumen yang mengikuti ide yang dikeluarkan oleh pihaknya. “Tetapi semua itu bergantung pada keinginan konsumen,” ucapnya tegas.
Dukungan dari pemerintah, cukup dirasakan oleh developer ini. Daerah Sempu memiliki kandungan kapur yang tinggi. Sehingga tidak mungkin menggunakan air tanah. Oleh karena itu, salah satu kemudahan yang diberikan oleh pemerintah adalah penyediaan air PDAM. Dengan hadirnya PDAM ini, tentu saja masalah air pun dapat terselesaikan.
Dua tahun gempa berselang, ternyata tidak menyurutkan detak Bantul untuk terus berkembang. Hal ini tentu saja merupakan hasil bahu-membahu antara pemerintah, masyarakat, dan pihak swasta. Trauma masyarakat yang secara perlahan tapi pasti sudah hilang. Pengetahuan akan rumah tahan gempa dapat terjadi karena bangunan menggunakan standar yang layak, membuat masyarakat merasa aman untuk memiliki rumah di kawasan ini. Namun, tentu saja mereka harus tetap jeli untuk memilih rumah yang layak dan aman huni. Hal ini kemudian di dukung oleh para developer yang berlaga di Bantul dengan membangun perumahan yang sesuai dengan standar kelayakan dan keamanan. Tentu saja, Pemkab pun juga harus turut mendukung. Dengan mempermudah perijinan, namun tidak mengendurkan pengawasan terhadap perumahan-perumahan tersebut. [ides]

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Perumahan Sewon Residence kualitas bangunannya tidak bermutu, mosok rumah baru 2 bulan usuknya sudah keropos dimakan bubuk