Selasa, 15 Juli 2008

Majalah Rumah Jogja Edisi 14

Labirin Kemewahan

Bentuk rumah itu sederhana. Dengan satu pintu di tengah dan dua jendela di kanan kirinya. Atapnya yang mengadopsi morfologi bangun ruang limas menjadi puncak dari sebuah menara kesederhanaan. Rumah ini tampak begitu nyata dalam imajinasi saya sewaktu mengenyam pendidikan di bangku Sekolah Dasar. Di masa itu, mata pelajaran menggambar menjadi favorit hampir semua murid Sekolah Dasar. Apa yang digambar? Sudah bisa ditebak, dua buah gunung tinggi menjulang dengan matahari berwarna kuning di sela-selanya. Jalan berkelok nan panjang merentang dari kaki bukit hingga ke lembah, melewati persawahan dan juga rumah penduduk. Rumah itu tergambar persis seperti yang tumbuh dalam benak saya. Sebuah tipologi rumah yang sederhana dan tumbuh subur di pedesaan Jawa hingga pertengahan tahun 90-an. Sekarang rumah limasan jumlahnya tak banyak lagi ditemui. Rumah dengan gaya mediteran, tropis atau yang terbaru adalah minimalis modern, tumbuh subur bak cendawan di musim hujan. Ternyata, rumah-rumah juga turut berganti gaya laiknya industri fashion yang akan terus berubah.

Siklis adalah kata yang tepat untuk menggambarkan pola perputaran gaya arsitektur rumah. Gaya arsitektur rumah yang terus berubah dapat diartikan sebagai pengejawantahan keinginan manusia yang senantiasa berubah. Sebuah gaya yang dominan dan dianggap mewakili selera pasar dengan cepat akan menjadi kecenderungan atau tren. Tengoklah pada periode awal tahun 2000-an, gaya mediteran menjadi idola yang selalu dipuja-puja. Masuk ke tahun 2005 hingga sekarang, gaya minimalis modern menggeser kejayaan gaya mediteran. Begitulah, yang namanya gaya akan selalu berubah.

Tidak semua gaya dapat diterapkan dalam semua jenis rumah. Sekadar contohnya adalah rumah dengan tipe 36. Desain rumah mungil seperti ini akan terlihat ganjil jika didandani menggunakan gaya mediteran. Akan tetapi, jika rumah tersebut bertipe 250, maka akan lain ceritanya. Rumah tersebut justru akan tampak megah dan cantik dengan dandanan gaya mediteran. Rumah-rumah cantik nan megah dan berada di kawasan elit seperti inilah yang akan menjadi suguhan utama Rumah Jogja bulan ini. Jangan lupa juga untuk menikmati sajian lain sebagai pelengkap dalam paket komplit Rumah Jogja edisi Juli.

Bale Hinggil, Taman Palagan Asri, Merapi Regency, Griya Mahkota, Casa Grande, Yogya Residence, dan Villa Permata Jingga. Apa yang terlintas di benak anda ketika nama-nama perumahan ini muncul? Dari sepuluh orang yang sempat dimintai pendapatnya perihal perumahan ini, enam diantaranya menjawab “mewah”, sedangkan sisanya menyebut “mahal” sebagai kata yang paling pas. Memang bukan sebuah polling yang serius, tetapi cukup memberikan gambaran awal tentang rumah mewah tanpa harus meributkan definisi yang sebenarnya. Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum, dan Menteri Perumahan Rakyat pada tahun 1992, telah membuat kesepakatan bersama mengenai definisi rumah mewah. Rumah mewah adalah rumah yang dibangun di atas tanah dengan luas kaveling antara 600 m²-1200 m² dengan biaya pembangunan per m² di atas harga satuan per m² tertinggi untuk pembangunan perumahan dinas kelas A yang berlaku (lihat www.pu.go.id).

Definisi di atas memberikan batasan yang cukup jelas perihal tergolong mewah atau tidaknya sebuah perumahan. Namun, berdasarkan sepuluh orang yang diminta pendapatnya oleh Rumah Jogja, mereka tidak begitu mempermasalahkan batasan yang muncul dalam definisi rumah mewah versi pemerintah. “Yang saya tahu, kalau saya lewat di depan Bale Agung atau Casa Grande, misalnya, saya langsung menyebutnya sebagai rumah mewah,” ujar Nunik, seorang mahasiswa PTN di Yogyakarta. “Rumah mewah itu rumah yang besar, mahal, dan ada di sebuah kawasan yang elit dan tertata rapi,” tutur Fatma, seorang responden Rumah Jogja. “Umumnya, tanda yang paling menonjol dari rumah mewah adalah tingkat kenyamanan yang tinggi, keamanan, baru setelah itu kualitas,” Widi dari Taman Palagan Asri mencoba menerangkan ciri dari rumah mewah.

Pendapat yang dilontarkan dua responden Rumah Jogja tersebut cukup beralasan. Setiap rumah mampu memunculkan kesan atau pencitraan. Merujuk pendapat Nunik, kesan tersebut dapat muncul begitu saja. Sedangkan pendapat yang dilontarkan Fatma jauh lebih definitif dan sistematis. Pendapat ketiga, dilontarkan Widi dari Taman Palagan Asri, merupakan ciri-ciri rumah mewah yang tidak bisa dilihat langsung. Kesan nyaman dan aman baru muncul saat seseorang tinggal ataupun masuk ke dalam rumah tersebut.

Salah satu unsur yang sempat diucapkan oleh Fatma adalah “kawasan yang elit” dan “tertata rapi”. Apakah sebenarnya kawasan elit itu? Lokasi-lokasi yang dipilih untuk dikembangkan menjadi sebuah kawasan hunian biasanya mempertimbangkan faktor sebagai berikut: memiliki daya jangkau yang mudah terhadap jalan raya dan juga dekat dengan pusat pendidikan yang juga berperan sebagai pusat perekonomian (lihat penjelasan edisi bulan Juni tentang perumahan dekat kampus-red). “Lokasi seperti itulah yang disebut sebagai kawasan premium atau elit,” terang Jeffri dari Yogya Residence. “Ketika sebuah rumah berdiri di atas lokasi yang premium, maka nilai jualnya juga akan semakin tinggi,” masih lanjut Jeffri.

Hampir semua pengembang yang dijumpai oleh Rumah Jogja mengaku sangat peduli dengan masalah pengelolaan kawasan. “Kami ingin menciptakan satu kawasan yang sinergis, rapi dan konsep kawasannya tetap terjaga,” ujar Widi dari Taman Palagan Asri. Kawasan yang terkonsep dengan jelas dianggap mampu mengatrol nilai jual sebuah perumahan. Merujuk pendapat Widi, pihaknya tidak mengijinkan konsumen mengganti bagian depan rumah, baik cat maupun aksesoris, karena akan mengganggu konsep kawasan yang telah diciptakan. “Akan terlihat sangat aneh, kalau tiba-tiba di perumahan yang kita buat ada rumah bercat biru, sementara yang lain berwarna coklat,” lanjut Widi.

Lokasi adalah embrio dari penciptaan konsep kawasan sebuah perumahan. Faktor lokasilah yang menentukan konsep hunian maupun kawasan yang hendak dibangun. Jika seorang pengembang mendapatkan lahan yang berada tepat dipinggir jalan raya, maka konsep kawasannya akan berbeda dengan perumahan yang lokasinya jauh dari jalan raya. “Karena perumahan kita berada di tengah kota, akan sulit untuk mendapatkan lahan yang luas. Oleh karena itu, kita bikin konsep cluster, di mana jumlah rumahnya hanya sedikit. Yogya Residence sendiri hanya terdiri dari delapan unit rumah,” papar Jeffri. Lain lagi dengan perumahan Merapi Regency. Dengan tanah yang cukup luas, 3,5 hektar, perusahaan pengembang ini mampu membangun hingga 122 unit rumah dengan berbagai macam tipe. Lokasi Merapi Regency yang strategis, yaitu di Jalan Kaliurang, menjadi nilai tambah. “Lokasinya tidak terlalu dekat dan terlalu jauh dari kota, sehingga memudahkan akses bagi penghuninya,” papar Bambang Sudarmanto, direktur utama PT. Sarwo Indah. Dekatnya dengan Universitas juga menjadi pertimbangan yang serius dari pihak konsumen. Karena itulah, lokasi perumahan ini, diletakan berada di antara Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Islam Indonesia (UII). “Istilahnya sangat strategis, sangat berbeda dengan daerah Bantul. Karena kami membuatnya dekat dengan universitas dan tidak terlalu jauh juga untuk ke kota,” paparnya. Pemilihan lokasi seperti yang dilakukan oleh PT. Sarwo Indah sekaligus memberikan gambaran sasaran konsumen seperti apa yang hendak dibidik menjadi target penjualan. “Kami membidik konsumen dari luar Jawa, seperti Kalimantan dan Sumatera, yang anak-anaknya berkuliah di Jogja.

Dengan meletakkan Merapi Regency di lokasi yang sangat strategis seperti itu, pihak PT Sarwo Indah mendapatkan respon yang bagus dari konsumen. Hal ini terlihat ketika mereka melakukan pameran di beberapa tempat seperti, Surabaya, Jakarta, Balikpapan, dan Timika. “Tidak ada tanggapan konsumen yang mengatakan lokasi kami kurang bagus, dan mereka selalu berkomentar bahwa pemandangannya sangat menarik,” urai Bambang Sudarmanto merangkum pendapat konsumennya. Selain itu, tanggapan baik tersebut juga terlihat dari jumlah penjualan Merapi Regency. Dari 122 kavling yang ditawarkan, sudah 70% yang terjual. Tak heran jika PT. Sarwo Indah menuai sukses besar dengan produk perumahannya kali ini, karena fasilitas yang ditawarkan juga sangat lengkap. “Kami adalah perumahan multimedia pertama di Yogyakarta. Ada internet yang bisa diakses selama 24 jam,” terang Bambang. Merangkum pendapat Bambang, Merapi Regency sengaja diperuntukkan bagi konsumen yang mengidamkan hunian mewah berharga terjangkau dengan pengelolaan kawasan yang baik, dan juga haus akan kebutuhan teknologi. Semua fasilitas online yang ditawarkan, bahkan belanja online dan yang sedang dikerjakan adalah program reservasi tiket online, adalah sarana bagi konsumen yang mengagungkan efisiensi waktu dan kepraktisan.

Lain lagi dengan Formula Land, perusahaan yang telah sukses memproduksi perumahan mewah Bale Agung ini, baru saja meluncurkan produk terbarunya , yaitu Bale Hinggil. Perumahan yang di bangun di atas tanah seluas 4 Ha ini, menawarkan rumah-rumah besar yang sarat fasilitas. Dengan memakai perbandingan luas keseluruhan bangunan dengan fasum (fasilitas umum) sebesar 50:50, maka tidak diragukan lagi bahwa calon penghuni perumahan ini akan sangat dimanjakan dengan berbagai fasilitas. “Kami mengorbankan banyak tanah untuk sarana fasilitas tak lain untuk kepuasan konsumen,” ujar Hamdani. Selain itu, Formula Land juga menambahkan central generator yang memiliki daya 4400 watt. “Dengan tambahan central generator yang ada, kami bisa menjamin bahwa kendala penghuni yang disebabkan oleh padamnya aliran listrik dapat diminimalisir, “ imbuh Hamdani. Berkat fasilitas “anti mati listrik” inilah, Bale Hinggil didapuk sebagai perumahan pertama di Yogyakarta yang memiliki pembangkit listrik sendiri.

Jeffri, marketing manager dari Yogya Residence memilki pendapat sendiri mengenai perumahan yang sedang dipasarkannya. “Terus terang kami bukan menjual fasilitas. Fasilitas diberikan agar bisa menjadi daya tarik konsumen. Daya tarik kami bukan pada fasilitas, tapi pada faktor lokasi yang berada di tengah kota. Akses ke semua tempat begitu mudah. Sangat dekat dengan pusat pendidikan,” papar Jeffri. Mencatat pendapat Jeffri, bahwa secara keseluruhan lahan yang dia dapatkan tidak terlalu luas. “Mau bikin lapangan tenis, belum tentu semua penghuni suka tenis. Mau bikin kolam renang, wong penghuninya juga cuma delapan rumah. Justru memberikan fasiltas seperti ini dirasakan tidak efisien. Biaya perawatannya besar dan belum tentu juga digunakan,” papar Jeffri. Masih menurut Jeffri, “kebutuhan rumah mewah itu biasanya bukan sebagai rumah utama. Mungkin rumah kedua atau ketiga, bahkan keempat. Artinya, rumah mewah tidak hanya sebagai rumah tinggal, tapi juga tempat beristirahat. Saya ingin konsumen saya hanya memikirkan bagaimana bisa beristirahat dengan tenang tanpa gangguan.” Aspek keterjangkauan yang mudah dinilai oleh pihak Yogya Residence sebagai fasilitas non alat yang patut dipertimbangkan oleh konsumen.

Suasana yang berbeda dapat anda rasakan ketika memasuki kawasan perumahan Casa Grande yang terletak di Jalan Solo. Atmosfernya serasa membawa kita ke sebuah distrik di negara Spanyol. Perumahan yang mengadopsi gaya Spanyol dengan perpaduan vegetasi yang apik dan cukup nyegerke, menyegarkan, mata siapaun yang memasuki kawasan hunian tersebut. Casa Grande termasuk perumahan yang pertama kali memakai gaya arsitektur Spanyol-an di kota Yogyakarta. Mulai berdiri sekitar tahun 2003, hingga saat ini Casa Grande telah menjelma menjadi hunian yang berciri-khas dan tertata-rapi. Perumahan ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas, seperti club house, kolam renang, play ground untuk anak-anak dan sebagainya. Akan tetapi, ada kekhasan yang lain dari perumahan ini. “Warga Casa Grande kemarin sudah ikut pemilihan dukuh di daerah sini lho,” terang Indra sambil berseloroh. “Kami memfasilitasi warga perumahan yang ingin mengurus KTP atau surat-surat kelengakapan yang lain. Kami tidak ingin warga menjadi kebingungan, “saya ini ikut RT mana?””, tutur Indra menirukan pendapat warga perumahannya. Satu yang perlu dicatat, bahwa hal-hal yang sifatnya masih sangat ngguyub seperti ini jarang ditemui di perumahan lain. Kebanyakan rumah mewah menjual privacy bagi warganya tanpa merasa harus direpotkan bersosialisasi dengan penghuni perumahan yang lain. Padahal, jenis relasi sosial yang, walaupun terlihat sepele, seperti di Casa Grande, justru membuat hunian semakin terasa hidup. Tidak hanya mewah dan berfasilitas lengkap, namun keramahan dan kehangatan hubungan sosial, bahkan dengan warga di luar perumahan, juga ditawarkan di perumahan bergaya Spanyol ini. Kondisi seperti ini membuat Casa Grande terasa lebih humanis, meskipun tetap berbalut dengan kemewahan. Hal ini hampir serupa dengan pengelolaan kawasan di Taman Palagan Asri. “Kami memikirkan tentang keberadaan Taman Palagan Asri dengan lingkungan sekitar. HIngga saat ini kami masih menjaga hubungan baik dengan masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan perumahan kami,” tutur Widi.

Griya Mahkota justru terlihat nyentrik dengan pengelolaan perumahannya. Konsumen yang membeli rumah di pengembang Trikarsa Nusantara dapat dengan leluasa menentukan seberapa besar lahan dan rumah yang diimpikan disesuaikan dengan anggaran yang dipunyai. Dan lagi, setiap konsumen bebas membuat desain rumah seperti yang dicita-citakan tanpa merasa harus was-was jika tampak tidak sergam dengan yang lain. “Konsumen kita bukanlah anak sekolah yang masih harus pakai seragam,” papar Titik dari Trikarsa Nusantara. “Mereka bebas mendesain rumah seperti apa yang ingin dibuat. Lha wong mereka, konsumen, bayar biar bisa bikin rumah yang dicita-citakan, kita tidak perlu membatasi kreativitasnya. Rumah kan sifatnya personal,” lanjut Titik. Konsep kawasan di Griya Mahkota memang benar-benar berbeda dengan perumahan yang lain. Anda akan menjumpai rumah kecil dan sejuk dengan bangunan satu lantai berdampingan mesra dengan rumah dua lantai bergaya modern minimalis. Sebuah pemandangan yang unik. Belum lagi sebuah rumah yang dibangun di atas empat kavling, sehingga bentuknya yang mengadopsi gaya Jawa tampak paling menonjol di antara yang lain. Griya Mahkota menjadi miniatur keberagaman yang tidak membosankan untuk dilihat. Bagaimana dengan fasilitas? Griya mahkota memiliki club house yang luas berpadu dengan kolam renang berlantai batu yang unik. Satu hal yang cukup fantastis adalah, perumahan ini dilengkapi dengan danau buatan yang cukup besar. Baik penghuni maupun non penghuni bisa memanfaatkan fasilitas ini. Danau buatan dan club house ini sengaja dibuat untuk menarik minat pembeli. “Konsumen sudah bayar mahal buat beli rumah di sini. Lalu apa yang bisa kami berikan? Ya, fasilitas ini. Fasilitas yang sudah sekelas dengan hotel berbintang lima,” ujar Titik.

Setiap pengembang memiliki cara masing-masing untuk menarik pelanggan. Pemberian fasilitas yang lengkap pada sebuah wilayah hunian secara tidak langsung menciptakan konsep kawasan hunian terpadu. Semua fasilitas ada, jika tidak bermodal fasilitis jaminannya adalah kemudahan menjangkau sarana tersebut di luar lingkungan perumahan. Sekadar contoh adalah Taman palagan Asri yang tidak menyediakan fasilitas di dalam kompleks perumahannya, akan tetapi pengembang ini bekerjasama dengan Hotel Hyatt sebagai partner. Penghuni Taman Palagan Asri dapat mengakses fasilitas yang ada di Hotel Hyatt tanpa dipungut biaya. Kawasan terpadu yang dikembangkan oleh pengembang, contohnya adalah oleh Merapi Regency, Bale Hinggil, Casa Grande, Griya Mahkota, Taman Palagan Asri. Kawasan terpadu dinilai sebagai jawaban yang paling tepat untuk menjawab tentang permasalah efisiensi waktu. Perumahan-perumahan mewah berfasilitas seperti ini memang segementasinya untuk masyarakat kelas menengah ke atas, yang memang memiliki tingkat mobilitas cukup tinggi. Efisiensi waktu jelas sangat dibutuhkan. Sarana olahraga yang berpadu dengan fasilitas relaksasi, seperti café dan spa, pertokoan, dan teknologi informasi yang cukup maju menjadi pengikat seolah-olah konsumen tidak perlu kemana-mana lagi untuk mencukupi kebutuhannya. Kawasan rumah mewah menjelma menjadi sebuah kota kecil yang beraktivitas laiknya kota-kota pada umumnya. (nanda)

2 komentar:

Anonim mengatakan...

wah property jogja berkembang pesat ya...
sdh 8 tahun saya meninggalkan jogjaku tercinta...
semoga sukses buat para developer di jogja!!!

I'm ARCHITECT. Visit my personal website at:

www.adiwijaya-arsitek.com

Anonim mengatakan...

Info jasa sebar brosur/pamflet ditempat2 strategis diwilayah jogja